Dirimu yang Katanya Sudah Diatur oleh Tuhan


Hari itu, cuaca tidak dingin juga tidak panas. Setelah menghabiskan malam dengan guyuran hujan dan petir yang menyambar. Belum lagi hati yang masih resah akan kelancaran hari esok. Sebetulnya bagaimana sih, orang terdahulu melamar dan dilamar. Apakah sudah janjian waktu atau tiba-tiba saja.apakah sama sepertiku sekarang?

Sebab sekarang, aku sedang dilanda resah tentang sebuah hari yang kami pilih untuk digunakan sebagai hari khitbah, lamaran, tunangan, atau apapun sebutannya. Doi akan datang bersama keluarga besarnya ke rumah dan menyatakan keseriusan hubungan kami. Hingga, semoga nanti kami dapat melangsungkan pernikahan agar hubungan kami menjadi halal.

Pikiranku masih diselimuti khawatir, karena jarak rumah kami berjauhan. Tentu resiko atau kemungkinan buruk yang terjadi akan bertambah banyak dibanding mereka yang rumahnya tidak terlalu jauh. Apalagi sepertinya doi dan keluarganya juga takut mabuk perjalanan.

Acara ini tidak begitu meriah sebagaimana orang-orang lain yang bertunangan. Kami hanya ingin benar-benar saling berjanji dan bertaut sampai waktu yang tidak ditentukan nanti. Tidak ada dokumentasi estetik atau dekor warna warni yang kami siapkan. Dengan begitu tentu saja tak banyak yang tahu tentang aku dan doi sudah saling mengikat. Bahkan rumput dan semut yang sempat melintasi halaman rumahku hari itu juga tak tahu bahwa kami sedang berbahagia.

Namun, yang namanya zaman sudah modern, dimana begitu banyak kemudahan komunikasi dan kemudahan menyebarnya berita. Lambat laun, kabar dari mulut ke mulut ya jadi semakin luas dan semakin banyak yang tahu perihal khitbah ini. Banyak yag kaget, tidak menyangka bahkan menilai bahwa ini benar-benar mengejutkan. Mereka menghujani kami dengan komentar-komentar random. Kenapa kok secepat ini? Gila ya kok diem-diem gitu mau bahagia?

Lah ya jangankan mereka, wong kami berdua saja masih tidak menyangka sudah ada dititik ini. Kayaknya masih bertingkah bocah, tapi ya ujug-ujug sudah mau berumah tangga. Tapi yang jelas, keputusan kami bukanlah hal impulsif karena melihat orang lain di luar sana.

Semua murni atas kesanggupan kami berdua dalam mempertanggungjawabkan hubungan kami. Ditambah pihak keluarga yang memang mendukung kami untuk segera menikah saja daripada berlama-lama pacaran.

Ya bukannya mau diem-diem atau bagaimana sih, tapi kami merasa  khitbah tidak perlu terlalu diumbar ke banyak orang. Kami cukup mengabari kerabat terdekat untuk memohon doa kelancaran saja.

Beberapa dari mereka yang tahu kemudian berkomentar tentang bagaimana aku yang menjadi ekspektasi mereka. ada yang berpikir aku ini perempuan berprinsip yang tidak dinyana akan memutuskan menikah pada usia ini.

Menikah diusia muda, tentu saja kami harus siap dengan semua konsekuensi. Termasuk komentar-komentar yang akan kami terima, baik positif maupun negatif. Bersyukurnya kami berdua sudah sepakat satu suara, bahwa keputusan menikah bukanlah keputusan yang akan mengakhiri hal-hal yang sebelum menikah sudah kita senangi.

Memang bukan waktu yang sebentar untuk sama-sama belajar dan menyamakan persepsi tentang pernikahan. menikah menang akan mengubah beberapa hal dalam hidup kami. Tapi kami berharap pernikahan tidak menjadikan kami dominan antara satu dan yang lainnya. Kami harus menerapkan kesalingan dalam setiap hal. Dan tentu saja kami boleh punya cita-cita yang sama sebelum dan sesudah menikah.

Pernikahan yang kami impikan adalah hubungan yang menjadikan kami berdua menjadi manusia yang semakin baik, semakin bermanfaat, dan terus belajar tentang banyak hal. Tentu saja saling menghormati dan menjadikan satu sama lainnya sebagai subjek utama kehidupan yang dipandang secara utuh.

Rasanya memang beda, setelah banyak patah hati dilalui, kemudian menemukan tempat berlabuh. Tidak berlebihan jika mengatakan ini semua seperti mimpi, kami bertemu dan merasa pas. Setelah semua perayaan patah hati, kami belajar.

“Untuk bertemu memang tidak bisa saling mengejar, justru perlu berjalan berlawanan.”

 

 

 

3 Responses to "Dirimu yang Katanya Sudah Diatur oleh Tuhan"

  1. wah seneng bacanya mbak.. semoga jadi keluarga yang sakinnah mawwadah warrahmah yaa. dilimpahkan kebahagiaan, rejeki dan kesehatan selalu

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel