Tidak Apa Jika Kamu, Mengalami Baby Blues Syndrom

Tidak Apa Jika Kamu, Mengalami Baby Blues Syndrom

Ceritanya kemarin random banget, tiba-tiba dapat ajakan ikut webinar dari grup komunitas Kumparan Mom. Temanya menurut saya ngeri-ngeri sedap, “Baby Blues Syndrom.” Sebagai perempuan yang baru menikah dan belum hamil sepertinya materi ini cukup penting bagi saya. Karena jujur, untuk menuju ke sana kayaknya memang saya dan pasangan harus banyak belajar terlebih dahulu.

Maka, tanpa babibu, akhirnya saya memutuskan ikut kelas sore yang membahas tentang Baby Blues Syndrom. Dari laman aladokter, Baby blues merupakan gangguan suasana hati yang dialami oleh ibu setelah melahirkan. Kondisi ini menyebabkan ibu mudah sedih, lelah, lekas marah, menangis tanpa alasan yang jelas, mudah gelisah, dan sulit untuk berkonsentrasi.

Melahirkan seorang anak mungkin akan terlihat membahagiakan, orang-orang yang biasanya datang pada syukuran kelahiran bayi juga memberi selamat dengan riang gembira. Tapi, dibalik itu semua, ada beberapa hal yang sebenarnya bisa memicu turunnya kesehatan mental. Sayangnya, hal ini belum banyak disadari oleh orang-orang. bahkan si perempuan itu sendiri.

Kalau habis melahirkan kok kelihatannya malah muruh, orang-orang akan menghujani komentar-komentar negatif. Misalnya, tidak bersyukur atau karena kurang ibadah dan kurang dekat dengan Tuhan. Akhirnya, kesedihan dan ketidaknyamanan yang dialami perempuan pasca melahirkan akan menjadi tabu untuk dibahas secara terang-terangan.

Belum lagi, tingkat gengsi atau alasan menutupi aib keluarga. Seringkali perempuan berusaha menutupi kesedihan bahkan denial dengan keadaannya sendiri. Karena takut dinilai lebay, lemah, atau mengumbar aib keluarga. Padahal yang namanya ketidaknyamanan ya seharusnya dikomunikasikan dan dibahas sehingga dapat dicari solusi terbaiknya.

Dari webinar yang saya ikuti, 40% perempuan mengalami kecemasan dan depresi pada minggu-minggu pertama pasca melahirkan. 63 % ibu baru, peduli pada kesejahteraan mereka, sama dengan mereka peduli pada kesehatan bayinya. Namun 37 % ibu pada rentang usia 18-34 tahun, hanya memprioritaskan kesehatan bayinya sendiri.

Simptoms Baby Blues merupakan keadaan yang sering tidak disadari adanya gejala seperti menangis tanpa alasan yang jelas, ketidaksabaran, sifat lekas marah, kegelisahan, kecemasan, kelelahan insomnia (bahkan ketika bayi sedang tidur), kesedihan, perubahan suasana hati, dan konsentrasi yang buruk.

Sebenarnya, penyebab pasti baby blues syndrom sampai saat ini belum diketahui. Hal ini diduga ada hubungannya dengan perubahan hormon yang terjadi selama kehamilan dan setelah proses melahirkan. Konon, perubahan hormonal ini dapat menghasilkan perubahan kimia di otak yang mengakibatkan depresi.

Saya kira wajar, proses hamil sampai melahirkan terjadi dalam kurun waktu yang tidak sebentar. Sementara pada saat itu, banyak perubahan terjadi pada tubuh perempuan. Wajar jika beberapa dari mereka merasa tidak nyaman, mengalami kelelahan fisik karena memang beban tubuhnya bertambah.

Belum lagi adaptasi dengan kebiasaan baru, yang tidak semua orang memiliki proses yang sama. Parahnya, jika perempaun tidak mendapat support system yang tepat, sehingga banyak hal harus ia tanggung sendiri.

Mengandung sampai melahirkan merupakan proses biologis yang dialami oleh perempuan. Namun, pada perjalanannya, peristiwa ini harus didukung oleh laki-laki sebagai tim yang sama-sama menginginkan kehadiran anak. Ia juga harus berperan dan turut belajar soal apa-apa yang ada kaitannya dengan kehamilan dan melahirkan.

Bukan karena perempuan lemah, tapi karena takdir bilogis yang berbeda antara laki-laki dan perempuan yang menyebabkan banyak beban harus dilimpahkan pada perempuan, sehingga laki-laki pun harus andil dalam mendukung berjalannya takdir biologis ini.

Bukannya malah memanfaatkan momentum lahiran dengan meminta bidan untuk menjahit vagina perempuan lebih banyak agar jadi sempit. Hei, itu namanya kejahatan skala besar boy, apalagi tanpa sepengetahuan perempuan. Melahirkan saja sudah sakit kok ditambah-tambah manipulasi demi memuaskan hasrat sendiri.

Huaaa, kok tiba-tiba nyangkut kesitu, hehe nggak papa yaa, karena ya memang demikian adanya bukan? Lewat tulisan ini saya pengen banyak perempuan tahu dan paham tentang tubuhnya. Sehingga kekerasan seperti ini tidak menimpa dirinya. Bahwa tidak apa-apa juga kalau perempuan merasa tidak nyaman, pasca melahirkan. Tidak perlu denial bahkan menutupi demi terlihat baik-baik saja. Tapi, yang sebenarnya malah perempuan yang hancur sehancur-hancurnya. Semoga bermanfaat.

4 Responses to "Tidak Apa Jika Kamu, Mengalami Baby Blues Syndrom"

  1. Menarik sih ini baby blues, belum diketahui pasti penyebabnya tapi banyak terjadi pada ibu-ibu baru melahirkan. Salut buat ibu-ibu yang sudah berjuang hamil dan melahirkan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener kak, dan penting juga rasanya buat nggak denial sama keberadaan babyblues biar gak makin menjadi-jadi.

      Delete
  2. Penting banget, buat diedukasi tentang kesehatan mental, menyusui, dan merawat bayi semenjak si ibu hamil. Sayangnya di Indonesia kok kurang ya, edukasi pasca melahirkan. Jadi banyak ibu-ibu kelimpungan, setelah melahirkan. Edukasinya waktu si ibu hamil sebaiknya, waktu lebih banyak, dan persiapan lebih matang

    ReplyDelete
  3. Istri saya mengalami gejala baby blues ketika lahiran anak ke tiga, ihwalnya karena saya tidak dapat mendampinginya secera maksimal setelah melahirkan karena tugas pendidikan ke luar daerah.
    Untungnya istri tipe yang terbuka, ia menceritakan hal-hal yang ia rasakan setelah melahirkan. Akhirnya, setiap akhir pekan, selalu memaksakan untuk pulang pergi Bandung Sukabumi demi kesehatan bayi dan ibunya. Alhamdulillah, setelahnya kondisi istri membaik

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel