Perempuan Berdaya di Ruang Digital

Literasi Digital

Teknologi yang semakin berkembang mengubah banyak hal dalam kehidupan. Teknologi memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap sebagian besar kehidupan manusia. Salah satunya kebiasaan berkomunikasi dan beraktivitas di ruang digital.

Rabu (28/9) kemarin, saya berpartisipasi dalam acara workshop digital yang diadakan oleh Kumpulan Emak Blogger. Berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan Kominfo mereka menggagas Roadshow dan Workshop Literasi di empat kota, diantaranya Solo Raya, Jabodetabek, Malang dan Lampung.

Bagi seorang blogger seperti saya, mengikuti acara semacam ini bisa menambah energi. Bertemu dengan orang-orang yang aktif mengonten di dunia digital dan mempelajari aturan bermainnya. Satu hal yang membuat saya sangat tertarik adalah temanya tentang Perempuan Makin Cakap Digital Berkarya dan Berdigdaya.

Sebuah tema yang menurut saya seksi, karena perempuan kerap dijadikan sasaran empuk kejahatan digital. Tentu banyak faktor yang mempengaruhi hal ini, salah satunya rendahnya literasi digital. Sebagai perempuan, saya mengajak teman-teman perempuan untuk berhenti menghabiskan waktu mereka di sosial media untuk hal-hal yang kurang berfaedah. Bukan maksud saya mendiskreditkan, tapi memang ini suatu permasalahan yang menjadi PR bersama agar perempuan tidak menjadi target penipuan, karena dianggap tidak cakap literasi digital.

Mau tidak mau, perempuan  menjadi salah satu subjek yang terdampak oleh masifnya aktivitas di dunia digital ini. Contoh sederhananya saja, mungkin dulu aktivitas yang akrab dengan perempuan adalah arisan atau sekadar gosip-gosip tipis di tukang sayur. Tapi sekarang bisa menjadi makin luas lagi, misalnya update status dan mengunggah foto di sosial media.

Tidak jarang, aktivitas serupa menimbulkan permasalahan baru. Mulai dari budaya pamer, curhat tanpa tedeng aling-aling sampai yang paling parah bertengkar sesama perempuan di sosial media. Kita harus paham bahwa hal semacam ini sebaiknya kita hindari. Perempuan harus cakap literasi digital agar bisa berkarya dan berdigdaya dimanapun berada. Karena jika tidak memiliki literasi digital yang baik, maka akan ada pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab memanfaatkan kesempatan ini.

Ada banyak masalah yang ditimbulkan akibat rendahnya literasi digital ini. Sebagian besar memang menyasar pada perempuan. Barangkali karena perempuan dianggap lebih rendah literasi digitalnya. Maka dari itu kita perlu mengenali beberapa kasus digital yang dapat merugikan kita.

Berikut ini adalah Bentuk-bentuk permasalahan akibat rendahnya Literasi Digital.

1. Penipuan Online

Beberapa waktu yang lalu santer terdengar kasus penipuan yang berkedok brand dan menyasar ibu-ibu influencer. Walaupun ini juga tidak sepenuhnya disebabkan oleh rendahnya literasi korban, kasus ini juga sangat berpotensi menimpa mereka yang tidak memiliki literasi digital yang baik.

Beberapa kasus penyalahgunaan data, seperti tersebarnya data pribadi mengakibatkan kasus datangnya paket belanja online yang tidak pernah dipesan berujung pada penipuan online. Mungkin, masih banyak perempuan atau sebagian besar orang yang belum memahami bahwa mengunggah data-data pribadi bisa berakibat fatal. 

Setelah belanja online, kita juga harus merusak bagian alamat lengkap dan nomor handphone kita sebelum membuang ke tempat sampah. Karena, ini bisa jadi peluang terjadinya penipuan online. Alamat dan nomor handphone termasuk data pribadi kita.

2. Siber Bullying

Beralihnya aktivitas di dunia nyata ke dunia digital juga tak serta merta mengurangi perundungan, justru perundungan lebih kejam dilakukan secara digital. Terkadang, ada kasus yang viral, misalnya perselingkuhan, maka tidak lama kolom komentar akan dihujani sumpah serapah yang seringnya memojokkan perempuan.

Netizen seperti berlomba-lomba menjadi detektif, melemparkan asumsi mereka di kolom komentar tanpa sadar bahwa yang mereka lakukan terkadang hanya memperkeruh suasana. Edukasi tentang literasi digital menjadi penting, agar perempuan tidak mudah menyulutkan emosi lewat kolom komentar yang bisa dibaca banyak orang, apalagi dengan kata-kata yang kotor dan tidak pantas.

3. Hoaks

Siapa yang pernah mendapati forward link hoaks di grup wasap?

Saya sering sekali, tidak hanya perempuan, laki-laki juga sering menjadi korban link hoaks. Hal ini disebabkan oleh minimnya literasi digital. Sehingga gagal paham mengidentifikasi link valid yang dapat dipertanggungjawabkan.

Modus penipuan link seperti ini juga makin berbahaya jika setelah klik, mereka diminta mengisi data-data pribadi. Bahkan ini juga bisa jadi awal pembajakan wasap atau sosial media dan meminta uang kepada kerabat.

Sebenarnya, saya juga dulu pernah menjadi korban. Tapi setelah saya tahu link tersebut merupakan phising atau pancingan para penipu. Akhirnya saya tidak pernah lagi klik link-link semacam itu. Baik yang saya terima via email atau sosial media yang lain.

Perempuan sebagai pihak yang sering mendapat stigma harus membuktikan bahwa perempuan juga bisa berdaya dan berdigdaya di dunia digital. Perempuan tidak boleh jadi pasif dan harus jadi bagian dari agen yang menyebarkan nilai kebaikan di dunia digital.

Literasi Digital

Maka peningkatan literasi digital menjadi penting bagi perempuan. Apalagi  Indeks Literasi Digital di Indonesia masih berada di 3,49 dari angka 5, sehingga belum dalam kategori baik. Perempuan harus jadi aktor utama dalam hal ini, karena peran mereka sangat besar dalam meningkatkan literasi keluarga.

Perempuan dengan literasi digital yang baik bukan berarti tidak membagikan apapun di sosial medianya. Jikapun perempuan ingin curhat atau berbagi pengalaman, ia tahu mana yang boleh dan tidak seharusnya dibagikan ke sosial media.

Berbagi pengalaman yang mengandung banyak pelajaran justru sebaiknya harus dibagikan karena akan memberikan banyak kemaslahatan. Bahkan bisa menjadi konten yang melawan banyaknya konten hoaks di luar sana.

Sebagai bonusnya, jika perempuan konsisten membagikan konten yang bermanfaat akan ada brand atau pihak lain yang melirik dan menjadi sumber pemasukan baru. Sehingga perempuan bisa berdaya dan digdaya di Ruang Digital.

Jika perempuan menjadi agen penyebaran informasi positif, maka hal ini juga akan menular kepada lebih banyak orang lagi. Lambat laun literasi digital juga akan sampai pada masyarakat yang lebih luas.

Apalagi Indonesia masih menduduki tingkat literasi yang cukup rendah. Namun, ini bukan saja pekerjaan perempuan, untuk mengatasinya perlu kolaborasi dari banyak pihak terutama untuk mengkampanyekan literasi digital.

Keamanan Ruang Digital

Kemudahan yang kita rasakan dengan adanya digitalisasi ternyata juga membawa banyak konsekuensi. Salah satunya tentang keamanan dan privasi. Seperti yang sudah saya tuliskan di atas bahwa tidak semua hal bisa kita bagikan ke ruang digital ini.

Apalagi jika kita telah mengunggah apapun di internet, akan ada selamanya. Meskipun kita menghapus, itu tetap ada jejaknya. Nah, sejak awal kita harus paham tentang apa saja yang tidak seharusnya kita bagikan di internet. Terutama data-data pribadi kita.

Setelah itu, kita perlu menjaga aktivitas kita di dunia maya, seperti tidak meng-klik tautan-tautan yang tidak kredibel. Juga sebaiknya mengganti password akun sosial media atau email secara berkala agar terhindar dari hacking atau penipuan.

6 Responses to "Perempuan Berdaya di Ruang Digital"

  1. Wah bagus literasi digital yang harus dipelajari bagi mereka yang saat ini semuanya sudah aktif dalam ruang digital. 2 sisi yang perlu diperhatikan, kreativitas tapi juga kejahatan. Thanks info

    ReplyDelete
  2. Yang agak mengesalkan memang link-link ilegal apalagi berkedok undian berhadiah. Ibu saya juga pernah hampir ketipu. Untungnya sekarang kalau ada apa-apa, pasti nanya dulu ke saya.

    ReplyDelete
  3. dii lingkunganku, menangkal hoaks ini yang agak sulit nih karena biasanya banyak ibu-ibu yang percaya, terutama hoaks-hoaks masalah kesehatan, duh susah banget deh dijelasin karena mereka udah keukeh beritanya benar

    ReplyDelete
  4. Wah bagus acaranya saya kemarin terlewatkan jadi tidak ikut workshop yg di adakan KEB bersamà siber kreasi Kominfo. Tapi dengan adanya tulisan Mba Ririn jadi tetap dapat ilmunya

    ReplyDelete
  5. Penipuan online itu paling banyak kasusnya juga perempuan ya, maka dari itu pentingnya meningkatkan literasi digital

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel