Finding Islam - Selalu Ada Cahaya di Setiap Perjalanan

Finding Islam - Selalu Ada Cahaya di Setiap Perjalanan

Sudah lama rasanya tidak menikmati waktu dengan membaca buku. Akhir-akhir ini saya disibukkan dengan aktivitas pekerjaan yang tiada henti. Ada beberapa pekerjaan sampingan yang harus diselesaikan. Belum lagi aktivitas jualan yang sebenarnya juga kembang kempis.

Suatu ketika saya menemukan sebuah buku antologi di perpustakaan tempat saya bekerja setiap hari. Buku antologi perjalanan menemukan nilai-nilai Islam di berbagai belahan dunia yang ditulis oleh tujuh blogger. Saya langsung tertarik dan ingin membacanya sampai selesai.

Buku antologi ini berjudul 'Finding Islam - Selalu ada cahaya di setiap perjalanan' yang diterbitkan tahun 2014. Tahun-tahun dimana bisa dikatakan sebagai kejayaan dunia blogger. Saat saya masih menikmati masa terindah di putih abu-abu. Belum tahu dunia blogger.

Buku ini berkisah tentang 7 pengalaman travel blogger yang melancong ke tujuh negara yang berbeda. Di antaranya Spanyol, Thailand, Belanda, India, Portugal, Iraq dan Indonesia. 

Cerita pertama ditulis oleh Iin Mutia berjudul Spanyol: Journey to the Cities of Lights. Membaca bagian ini saya teringat mata kuliah sejarah kebudayaan Islam dulu. Isinya memang sebagian besar tentang tempat-tempat bersejarah Islam yang ada di seputar Spanyol.

Cerita kedua ditulis oleh Awan Yulianto yang berjudul Di Antara Ribuan Kuil Negeri Gajah Putih. Bangkok merupakan sebuah kota yang cukup familiar untuk saya meskipun belum pernah kesana. Karena orang-orang sekitar dan beberapa publik figur banyak mereview negara ini. Membaca kisah ini saya jadi membayangkan kalau Bangkok tidak begitu berbeda dengan Jakarta. 

Tapi penulis memberikan review yang sangat lengkap pada bagian ini, mulai dari masjid di bangkok, alat transportasi di sana, kuliner halal, penginapan, budget, kehidupan masyarakat muslim di sana, dan kota-kota tujuan wisata lainnya di Thailand.

Bagian ketiga dari buku ini ditulis oleh @tesyablog dengan judul Belanda: Mereka Aku Sebut Keluarga. Ini merupakan bagian yang paling menarik menurut saya. Penulis menceritakan kisahnya saat mengikuti program pertukaran pelajar dari Rotary Club di Belanda. Saya suka sekali dengan cerita tentang empat hostfamilies selama satu tahun tinggal di Eindhoven. Membaca cerita ini saya jadi mupeng parah, rasanya pengen juga ikut merasakan tinggal bersama bule. 

Penulis menceritakan pengalaman sebagai seorang muslim di Belanda dengan sangat menarik. Salah satunya saat menjalani ibadah puasa di Belanda. Ia juga banyak menuliskan beberapa ciri khas atau budaya orang belanda. Misalnya kebiasaan "Going Dutch" untuk menyebut acara makan-makan yang bayar sendiri-sendiri. Meskipun kesannya seperti pelit, tapi ini sangat menarik dan rasanya justru baik untuk diterapkan. Hahaha.

Saya juga sangat senang membaca bagian ini karena penulis memberikan informasi tentang beberapa kebiasaan orang belanda secara terperinci. Di antaranya, cipika-cipiki tiga kali, memulai percakapan dengan menggunakan topik cuaca, no heard feeling, please (mereka tidak suka basa-basi), tidak ada jam karet di Belanda, dan work hard travel harder (bekerja keras selama setahun kemudian menghabiskan liburan pada musim panas).

Kemudian bagian selanjutnya ditulis oleh Olenka Priyadarsani dengan judul India: Perjalanan Panjang Mengunjungi Taj Mahal. Ini merupakan bagian cerita paling gokil dan lucu menurut saya. Apalagi perjalanan ini dilakukan oleh penulis saat masih hamil. Karena hasil berburu promo tujuh bulan sebelumnya. Di sini, penulis menceritakan plus minus saat berada di India, kalau menurut saya tidak begitu berbeda dengan Indonesia, walaupun kalau dari ceritanya lebih parah India sih. Hahaha.

Salah satunya tentang terlambatnya kereta sampai 10 jam lebih. Penulis menggambarkan betapa crowded-nya suasana stasiun karena penumpang yang menunggu kereka juga harus menahan rasa dingin dalam waktu yang begitu lama. 

Cerita selanjutnya dari Nabila As'ad yang berjudul Portugal: Jilbab dan Arti Sebuah Komitmen. Dari ceritanya saya belajar bagaimana hidup sebagai minoritas dan mempertahankan komitmen. Selama ini mungkin cukup mudah bagi saya menjalani agama Islam di Indonesia, karena agama Islam menjadi agama mayoritasnya. Padahal walaupun sudah menjadi agama mayoritas, saya juga masih merasa komitmen itu berat, apalagi di tengah minoritas, pasti tantangannya akan lebih berat lagi.

Penulis juga menceritakan kebiasaan-kebiasaan unik orang-orang Portugal. Seperti budaya mengantri dan memberikan bangku prioritas sudah menjadi kebiasaan masyarakat Portugal. Bagian paling menarik dari kisah di Negara Portugal ini, saat penulis menceritakan tentang betapa selembar kain yang menutupi kepala dapat berubah menjadi rasa penasaran banyak orang tentang sebuah kepercayaan.

Klarifikasi tentang pandangan agama Islam menjadi kental dalam cerita di Negara Portugal ini. Mereka menilai bahwa posisi wanita dalam Islam sangat rendah karena harus menutupi bagian tubuh dan ada yang menganggap Islam tidak memperkenankan perempuan bekerja. Bagi mereka itu deskriminasi. Banyak yang beranggapan bahwa Islam itu seperti yang digambarkan oleh orang-orang Arab.

"Saya berpesan kepada Marian untuk tidak selalu mengaitkan muslim atau Islam dengan Arab Saudi. Tentu saja di Arab Saudi penduduknya tidak hanya beragama Islam, kan?."

"Saya mengambil contoh yang familiar bagi saya: wanita muslim di Indonesia. Saya mengatakan kami memiliki hak untuk menempuh pendidikan tinggi, memiliki jabatan strategis di tempat kerja, dan memiliki kebebasan untuk berpendapat. Jilbab sama sekali tidak menghalangi kami untuk berprestasi dan berkaryaa." hal 147.

Sungguh sebuah pengalaman seorang muslim yang sangat menakjubkan. Kita mungkin tidak pernah paham sejauh mana orang-orang di luar agama ini berpikir tentang Islam. Sebelum kita benar-benar bercakap panjang lebar secara kontekstual. Buku ini sungguh memberikan pengalaman yang luar biasa saat saya membacanya. Saya merasa terbawa jalan-jalan ke berbagai belahan dunia.

Masih ada cerita dari Istiadzah yang berjudul  Iraq: Sepenggal Kedamaian di Negeri 1001 Malam. Di sini penulis menceritakan beragam pengalaman tentang negara Iraq terutama tempat mereka singgah sementara untuk menyelesaikan pekerjaan. Negara Iraq terkenal dengan beberapa konflik yang ternyata tidak begitu di daerah Kurdistan, letaknya berbatasan dengan Iran Timur. 

Banyak hal unik yang penulis ceritakan dari kebiasaan orang-orang Kurdistan. Misalnya tentang orang lokal yang selalu ramah saat berpapasan, ucapan selamat saat kita membeli barang baru, dan kebiasaan laki-laki yang harus berpakaian rapi kalau keluar rumah. Bagian terakhir ini unik banget sih, jadi penulis juga menyertakan gambar suasana pasar, terlihat beberapa laki-laki berpakaian rapi. Konon, mereka menganggap keluar dengan tidak berpakaian rapi itu tidak tahu malu. Jadi rasa malunya sangat tinggi yak.

Ada juga cerita unik tentang tidak perlu bayar ongkos taksi karena driver meminta penumpang untuk menghapal sebuah surat. Ini sih unik banget. Menggambarkan betapa ramahnya orang-orang di daerah ini. Meskipun ada juga supir taksi yang tidak ramah, mereka tidak segan-segan menurunkan penumpangnya sebelum sampai tujuan. Masih banyak sekali cerita uniknya menurut saya, lebih baik kalian membaca bukunya langsung yaa. Hahahaha.

Dan tibalah saatnya kita ada di bagian terakhir di buku antologi Finding Islam: Selalu Ada Cahaya di Setiap Perjalanan ini. Judul ceritanya Indonesia: Surga di Timur Khatulistiwa yang ditulis oleh Nurul Noe. Isinya tentang Kota Makassar. Membaca ceritanya membuat saya semakin kagum dengan kekayaan orang Indonesia, salah satunya masyarakat Toraja. 

Mereka memiliki kebiasaan unik, ketika anggota keluarganya meninggal dunia, orang Toraja harus bersiap menyiapkan upacara pemakaman yang umumnya menghabiskan uang yang cukup banyak. Karena pemakaman mereka lakukan di atas tebing. Saya pernah mendengar ini waktu mengikuti sebuah webinar. Tapi membaca cerita ini saya mendapatkan banyak penjelasan lagi.

Di sini penulis juga menjelaskan tentang rumah adat orang Toraja, yakni rumah tongkonan. Kemudian penulis juga menceritakan tentang pengalaman wisata alam di daerah Rammang-rammang sampai Taman Nasional Bantimurung. Wah Indonesia memang sangat kaya akan budaya dan wisata!

Saya sangat bersyukur menemukan buku ini menjelang akhir tahun 2022. Ini benar-benar menjadi buku yang mengubah banyak sudut pandang saya. Tentang dunia blogger, travel, kebudayaan dan agama Islam. Buku ini benar-benar recommended untuk segala usia. Karena di dalamnya berisi tentang hal-hal baru yang unik dari berbagai negara. Selalu menyenangkan mengetahui hal-hal baru seperti ini. Semoga para penulisnya juga sukses dengan kehidupannya masing-masing.

Judul Buku     : Finding Islam, Selalu Ada Cahaya di Setiap Perjalanan

Penulis            : Iin Mutia, @tesyablog, Awan Yulianto, dkk.

Penerbit            : Qultum Media

Tebal                : 224 halaman

Tahun Terbit     : 2014

Pereview            : Ririn Erviana

5 Responses to "Finding Islam - Selalu Ada Cahaya di Setiap Perjalanan"

  1. wow pengalaman spiritual yang sangat menarik untuk dibaca. Segera saya cari nanti.

    ReplyDelete
  2. baru baca artikel ini aja udah bikin penasaran :D

    ReplyDelete
  3. Walau bukan lagi buku baru terbit, tetapi banyak makna tersurat yang bisa kita petik dari bukunya. Boleh juga ini untuk dibaca

    ReplyDelete
  4. penasaran sama bukunya, karena membaca pengalaman pribadi itu lebih menyenangkan.

    ReplyDelete
  5. Ini pasti seru banget isi bukunya mba. Penasaran pengen baca

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel