Perjalanan Ke Jakarta, Pengalaman Pertama Naik Pesawat

Malam itu saya tidak bisa tidur nyenyak. Karena esok hari saya akan pergi ke Jakarta naik pesawat untuk pertama kalinya. Rasa khawatir bertambah karena kondisi saya yang sedang hamil 18 minggu. Meski dokter mengatakan tidak masalah bepergian menggunakan pesawat pada usia kehamilan ini tetap saja saya merasa khawatir dan takut terlebih ini pertama kalinya. Saya hanya bisa berdoa agar esok semuanya berjalan lancar.

Karena rasa khawatir itu saya jadi uring-uringan sama suami. Saya bilang padanya kalau jangan sampai terlalu mepet mengantarkan ke Bandara. Saya juga cukup bingung bagaimana sarapannya jika pesawat flight jam 8 sementara dua jam sebelumnya harus sudah di Bandara. Apalagi saya sedang picky sama makanan.

Suami memberi solusi bahwa akan membelikan bubur ayam yang buka 24 jam. Rasa khawatir tidak juga hilang karena rasanya tidak mungkin membeli bubur di pagi buta. Tapi saat menulis cerita ini, saya baru percaya tentang segala pengorbanan dan dukungan suami mewujudkan mimpi istrinya untuk merasakan pengalaman naik pesawat untuk pertama kalinya.

Saya bangun pukul empat pagi, suami langsung memasakkan air hangat untuk saya mandi. Setelah itu dia langsung mengeluarkan motor untuk membeli bubur ayam. Ia juga menyiapkan air untuk saya mandi. Kepala saya masih pusing karena tidur hanya sekejap-sekejap saking khawatirnya.

Sekitar pukul lima pagi, teman suami yang kami mintai tolong mengantar ke Bandara Raden Intan II sudah ada di depan rumah. Saya berpamitan pada ibu mertua dengan sedikit rasa khawatir mengenai ekspresinya mengetahui saya akan bepergian ke Jakarta dalam keadaan hamil. Sendirian lagi!

Beruntungnya beliau hanya bilang, "Yawis hati-hati, dijaga kandungannya." Sementara saya tidak memberi tahu ibu saya di kampung karena takut beliau akan over reaction dan tidak mengizinkan rencana ini. Bahkan sampai saya menulis cerita ini saya belum memberi tahu beliau. Tapi hati sudah lega karena sudah sampai rumah Metro lagi dan memastikan dedek di dalam perut baik-baik saja.

Perjalanan ke Jakarta merupakan undangan Offline Gathering komunitas Ecoblogger yang saya ikuti dua tahun belakangan. Setelah dua tahun hanya bertemu via zoom. Akhirnya kami difasilitasi untuk beneran bertemu di Jakarta.

Pesawat berangkat dan mendarat sesuai jadwal. FYI, saya naik maskapai Garuda Indonesia. Konon merupakan maskapai yang cukup bagus di Indonesia. Setelah check in dibantu dengan suami teman saya yang kebetulan ikut karena istrinya hamil juga, akhirnya saya duduk di kursi sesuai tiket. Sayangnya saya tidak duduk di dekat jendela pesawat untuk mengabadikan pemandangan dari atas awan. Ah tapi tidak apa semoga nanti dapat kesempatan lagi.

Setelah masuk pesawat, perasaan saya masih terus khawatir tentang keselamatan dan bagaimana rasanya take off. Apakah akan mengerikan. Karena itu, saya sama sekali tidak berani bermain hp. Penerbangan yang berlangsung 30 menit itu saya habiskan dengan membaca majalah yang sudah tersedia setiap kursi. Kebetulan isinya memang cukup menarik bagi saya yakni tentang wisata di Indonesia dan asia serta kulinernya.

Di depan kursi ada layar monitor yang banyak berisi hiburan atau informasi. Tapi sayang saya tidak mengeksplore-nya. Mungkin karena malu dengan penumpang sebelah yang kayaknya merasa terganggu melihat kekhawatiran dan ekspresi saya yang "Apasihhhh." Hahahaha.


Sekitar pukul sembilan pagi lebih sedikit, pesawat mendarat dengan sempurna di Bandara Internasional Soekarno Hatta. Hati rasanya lega dan gembira karena akhirnya bisa merasakan naik pesawat pertama kali tanpa halangan suatu apapun. Saya langsung mengabari suami bahwa sudah landing supaya dia ikut lega juga. Tapi dia tidak langsung membalas mungkin karena sudah sibuk dengan pekerjaan. Karena hari itu masih hari Jumat.

Tidak lupa saya juga langsung mengabari panitia pelaksana agar dapat bertemu mereka dan langsung menuju tempat acara. Setelah berjalan dan menikmati luasnya Bandara Internasional Soekarno Hatta, akhirnya ketemu juga sama panitia. Kami yang dari Lampung ini langsung diarahkan ke halte grab atau gojek ya saya lupa. Antara dua itu. Kami juga bertemu satu peserta dari Riau yang mendarat di jam yang sama.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya grabcar yang dipesan panitia datang. Saya langsung masuk mobil dan kami langsung menuju Almond Zucchini tempat acara Offline Gathering Eco Bloggersquad berlangsung. Hari itu Jakarta diselimuti mendung tipis. Sebenarnya kami juga bingung itu mendung atau polusi. 

Mendekati lokasi Almond Zucchini, hujan rintik-rintik turun. Kami langsung disambut panitia dan dipersilakan duduk di kursi yang sudah tersedia. Tidak lupa saya menyapa teman-teman dari berbagai daerah yang sudah sampai Jakarta terlebih dahulu. Sepertinya cerita tentang isi acara Offline Gathering ini akan saya tulis terpisah. Tulisan ini akan khusus bercerita tentang pengalaman naik pesawat saja.

Langsung hari kedua, setelah outdor activity selesai. Saya langsung diantar panitia ke Bandara Internasional Soekarno Hatta. Kali ini saya tidak bareng dengan teman yang dari Bandar Lampung. Karena dia izin dari pagi tidak mengikuti acara. Ia mengeluh badannya kelelahan dan khawatir dengan kehamilannya kalau ikut agenda hari kedua ini. 

Sebenarnya saya juga cukup kelelahan hari kemarin, bahkan sebelum diantar ke Bandara ini saya sempat menangis karena hujan turun cukup deras khawatir saya demam atau sakit dalam kondisi sedang hamil. Belum lagi tempat ini cukup banyak asap rokok yang membuat saya kesulitan mencari tempat duduk yang nyaman karena banyaknya asap rokok. Saya sangat mengkawatirkan janin di dalam perut saya. 

Teman-teman yang membaca kekhawatiran saya terus menyemangati dan mendoakan semoga semuanya sehat-sehat sampai pulang ke rumah. Setelah sampai terminal dua tempat maskapai Lion Air, saya berpamitan kepada teman-teman yang ada di dalam bus dan memohon doa keselamatan. Panitia juga langung berpesan agar saya menuju terminal yang terletak di lantai dua.

Saya berjalan dengan rasa kebelet pipis yang masih tersisa. Entah kenapa sejak kemarin saya jadi sering sekali pipis. Apalagi semalam di hotel. Setiap satu jam sekali saya buang air kecil. Sebenarnya tidak begitu kaget karena katanya orang hamil jadi sering buang air kecil. Tapi jika dibandingkan dengan sebelumnya dua hari ini paling parah.

Bahkan, perjalanan dari hotel menuju hutan mangrove yang tidak sampai dua jam saja saya sudah kebelet pipis. Rasanya jadi sangat tidak nyaman. Begitu juga saat saya sampai di bandara ini. Sebelum menemukan toilet, saya bertemu dengan seorang satpam. Saya bertanya mengenai letak terminal, sembari saya menanyakan lokasi toilet terdekat.

Setelah itu buang air kecil, saya melanjutkan perjalanan mencari terminal yang ternyata masih harus maju sedikit dan naik ke lantai dua. Perasaan saya campur aduk. Deg-degan apalagi melihat bandara yang luas dan ramai orang. Sebelum menuju lantai dua saya bertanya lagi kepada petugas cleaning service untuk memastikan dan menanyakan aksesnya. 

Beruntung, ternyata untuk menuju lantai dua tempat check in ada lift-nya. Kebayang kalau itu tangga saya bisa tambah overthinking karena harus gotong-gotong koper sendiri. Setelah sampai, saya langsung menuju tempat check in.

Saya lihat ada puluhan stan yang berjajar dengan ragam tulisan di atasnya. Karena sedikit panik dan kaget akan banyaknya pos itu, saya langsung bertanya ke petugas di mana pos check in untuk pesawat yang ke Lampung. Ternyata semuanya sama bisa check in, tanpa perbedaan daerah.

Saya berjalan menuju antrean, kemudian di depan saya ada mas-mas yang dengan sedikit takut saya bertanya padanya,

"Kakak mau kemana?" 

"Ke Lampung," Jawabnya.

"Penerbangannya jam berapa kak?"

"Jam 6 kak," katanya lagi. Seketika saya lega. Akhirnya saya nemu orang yang satu pesawat.

"Kakaknya mau kemana?" dia balik bertanya kepada saya.

"Saya juga ke Lampung kak jam 6, saya deg-degan banget karena ini pertama dan bingung harus bagaimana."

"Oh ya udah, ikut ngantre aja kak."

Rasanya sudah lega ketika saya sudah menemukan tempat check in. Sebentar lagi bisa santai menunggu dan bisa makan atau ke kamar mandi sepuasnya. Tapi ternyata ketenangan itu berubah menjadi kepanikan lagi ketika petugas bertanya apakah saya dalam kondisi hamil atau tidak. Dengan jujur saya katakan bahwa saya sedang hamil.

Lalu petugas meminta saya mendatangi stand sampingnya untuk meminta keterangan bahwa saya sedang hamil. Petugas tersebut kemudian bertanya surat rekomendasi dari dokter. Dhuar! saya memang sejak awal tidak membawanya. Lagipula, kemarin waktu naik maskapai Garuda Indonesia mereka tidak mempermasalahkan itu. Saya hanya perlu mengisi surat pernyataan bahwa saya sedang hamil saja.

Saya berusaha positive thinking mungkin ini memang bentuk komitmen Lion Air untuk menjaga keamanan petugas. Mengetahui bahwa saya tidak punya surat rekomendasi dokter mereka meminta saya memperlihatkan buku pemeriksaan dokter. Jelas saya juga tidak membawa itu. Petugas mengancam jika tidak ada mereka tidak dapat menerbitkan suratnya dan saya bisa batal berangkat. Langsung panik dong yaaaaaa.

Kemudian saya langsung meminta suami yang di rumah untuk memfoto buku pemeriksaan kehamilan saya. Setelah itu saya langsung menyodorkannya kepada petugas. Petugas lalu meminta boarding pass yang sudah dicoret dengan keterangan usia kehamilan dan meminta saya duduk di kursi tunggu nanti suratnya akan diantarkan.

Satu menit, dua menit dan bermenit-menit selanjutnya. Petugas tersebut tidak ada tanda-tanda membuatkan surat untuk saya. Sampai saya kebelet pipis lagi. Berjalan meninggalkan koper saya di ruang tunggu menuju toilet yang letaknya cukup jauh. Belum juga ada tanda-tanda petugas memberikan surat. Kemudian saya menanyakan surat itu lagi kepada petugas.

Petugas itu menjawab bahwa tidak perlu buru-buru karena jam penerbangan saya masih lama. Seketika itu pula saya jengkel. Itu memang masih sekitar pukul tiga sore tapi kalau urusan ini selesai dengan cepat, saya juga bisa lebih cepat menuju gate, dan saya juga bisa santai-santai. Saya tambah overthinking ketika saya belum tahu jarak antara tempat check in ini dengan gate-nya nanti. Khawatirnya kan jauh gitu.

Akhirnya saya nangis sambil terus bertukar pesan dengan suami. Suami meminta saya tenang dan jangan panik khawatir akan berdampak pula dengan janin. Dia juga menyarankan agar saya mencari musala untuk salat terlebih dahulu. Tapi saya sangat bingung dimana letak musala. Saya khawatir musalanya lebih jauh dan nanti saya jadi tambah jauh jalan menuju gate-nya. Apalagi urusan yang satu ini juga belum beres.

Teman yang dari Lampung juga belum ada kabar. Saya sendiri tidak ingin terlalu mengandalkan orang lain. Apalagi kalau waktunya terlalu mepet takut nanti terburu-buru dan jelas saya akan kesulitan. Namun sepertinya, ada petugas yang notice saya nangis walaupun jaraknya cukup jauh. Petugas tersebut meminta temannya untuk menghampiri saya. 

"Kenapa nangis mba?" Petugas itu bertanya.

"Ya, saya bingung, kata mbanya saya diminta menunggu, saya mikirnya kalau suratnya cepet jadi kan bisa langsung nunggu di gate dan saya nggak kepikiran atau harus buru-buru nantinya, saya cuma takut buru-buru." Jawab saya sambil tersedu-sedu.

"Ini bukannya saya ngajarin bohong ya mba, biar nggak ribet, mba nya nanti bilang aja kalau lagi nggak hamil, coba mba berdiri sudah seberapa besarnya?" Kata petugas tersebut lagi.

Lalu saya pun berdiri menunjukkan ukuran perut saya yang sebenarnya belum terlalu kelihatan juga apalagi kalau tertutup jilbab.

"Iya pak saya nggak keberatan, daripada saya nggak jadi flight malah makin overthinking sayanya." Kata saya lagi. Dalam hati saya juga mengafirmasi kepada janin saya bahwa ini demi kebaikan kita berdua. Kita hebat banget bisa jalan-jalan berdua dan udah mau pulang sekarang.

Akhirnya petugas tersebut mencetak ulang boarding pass saya yang semula sudah dibubuhi keterangan usia kehamilan saya. Setelah mendapatkan boarding pass yang baru saya dipersilakan menuju gate sesuai boarding pass. Saya pun berjalan dengan perasaan sedikit lega. Tapi masih dihantui kalau-kalau ada tangga yang harus dinaiki. 

Walaupun perjalanan menuju gate terbilang cukup jauh, mungkin sekitar 20 menit. Tapi beruntungnya tidak ada tangga atau eskalator yang mengharuskan saya angkat-angkat koper. Ketika ada pemeriksaan koper saya meminta petugas untuk mengangkat koper saya. Kemudian saya bertemu lagi dengan mas-mas yang tadi mengajak saya bareng.

"Loh mbaknya tadi kemana saja?" Tanya mas itu yang ternyata bernama Bram.

"Tadi sempat ditahan sama petugas karena saya tidak membawa surat keterangan hamil dari dokter." Jawab saya.

"Wah iya biasanya kalau hamil memang harus membawa surat keterangan dokter." Katanya lagi.

"Mas kamar mandi dimana ya?" Rasa kebelet pipis sudah datang lagi dan semoga ada musala di sana.

"Oh di sebelah situ mba," Katanya lagi.

"Saya boleh titip barang-barang?" Tanya saya lagi.

"Boleh mba tarok aja di sini." Katanya.

Saya pun pergi ke kamar mandi dengan perasaan yang  bertambah lega. Kemudian saya menunaikan salat asar dan zuhur sekaligus karena tadi terlalu panik dan belum salat zuhur. Rasanya lega karena tinggal menunggu jam enam sore pesawat berangkat dan tidak lama lagi sampai di rumah. Pada kenyataannya tempat tidur di rumah jauh lebih nyaman dibandingkan hotel. Karena di hotel tidak ada suami yang bersedia memijit kaki. Hahahaha.

Tidak lama menunggu, teman saya yang dari Lampung akhirnya sampai di Gate E2. Kami langsung mengobrol dan saya pamit dengan mas-mas tadi untuk duluan menunggu di pintu gate dekat pesawat sesuai ajakan teman saya tadi.

Setelah jam menunjukkan pukul 18.00, kami bersiap memasuki pesawat. Hanya 30 menit akhirnya saya mendarat di Bandara Raden Intan II. Saya langsung mengabari suami bahwa sudah landing dan bersiap menunggu di kursi tunggu. Sebenarnya saya pengen beli makanan di Bandara tapi ternyata sudah tutup semua. Jadilah saya menunggu dengan perasaan yang lega sekali. Karena sebentar lagi sudah bisa tidur nyenyak di rumah.

Walaupun banyak dramanya, perjalanan naik pesawat pertama kali menjadi kenangan tersendiri buat saya. Jadi bahan pembelajaran juga untuk perjaalanan selanjutnya. Setiap perjalanan pasti akan memberikan banyak pelajaran bukan?

Sekian cerita singkat saya tentang perjalanan ke Jakarta, Pengalaman pertama naik pesawat. Semoga bisa jadi oleh-oleh untuk para pembaca setia blog ini. Sampai jumpa di cerita petualangan selanjutnya.

19 Responses to "Perjalanan Ke Jakarta, Pengalaman Pertama Naik Pesawat"

  1. Pengalaman pertama memang selalu istimewa ya mba.. Alhamdulillah sdh sampai rumah kembali dg selamat. Insyaallah pengalaman terbang selanjutnya lebih menyenangkan ya..

    ReplyDelete
  2. Ceritanya menarik juga, harap- harap cemas bercampur dengsn kegembiraan diperjalanan pertama naik pesawat terbang.

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah sehat dan selamat kandungannya mbak. Saya yang baca ikut deg degan dengan pengalaman kehamilan selama penerbangan. Saya baru sekali ke Bandara Soekarno Hatta dan emang luas banget.

    ReplyDelete
  4. Terima kasih atas berbagi pengalamannya kak yang unik dan semoga perjalanan selanjutnya penuh dengan cerita indah lainnya! pengalaman pertama memang sangat berkesan. semangaaaat....

    ReplyDelete
  5. aku selalu degdegan kalo naik pesawat, eh tapi kalo udah take off langsung lega :D

    ReplyDelete
  6. Woh, berarti berapa pun usia kehamilan, kudu siap surat dari dokter ya. Kukira surat izin terbang kaya gini kalau hamilnya udah besar dan khawatir brojol di jalan. Alhamdulillah akhirnya bisa pulang dengan selamat ya. Semoga kita bisa ketemu lagi bersama EBS juga

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah akhirnya kisah deg-degan ini justru jadi kenangan yang indah ya jika diingat sekarang. Bisa jadi pelajaran juga. Bahwasanya kalau hamil prosedurnya bagaimana...
    Tapi waktu saya masih kerja, hamil enam apa tujuh bulan gitu, ke Semarang PP gak ditanyakan surat keterangan hamil dari dokter kok. Apa orang kantor yang urus ya? Hem...

    ReplyDelete
  8. pengalaman pertama naik pesawat pasti berkesan ya tapi was-was juga, gak kebayang deh nanti saya naik pesawat kek gimana, belum pernah juga soalnya mba, wkwkwkwk. Btw noted banget nih, saya baru tau kalau bumi naik pesawat harus ada surat keterangan hamil

    ReplyDelete
  9. Wahh selamat mbaa sudah menaklukan semuanya, sudah hebat bisa traveling sendiri tanpa suami.

    ReplyDelete
  10. Naik pesawat untuk pertama kalinya pasti membawa cerita tersendiri. Rasa deg-degan, was-was juga seneng menyelimuti hati dan pikiran kita.

    Dan yang pasti, bibir tak hentinya bertasbih dan berdoa. Alhamdulillah sampai tujuan dg selamat dan bahagia.

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah berangkat dan pulang dnegan selamat walaupun banyak dramanya mbak, yang pasti dapat pengalaman berharga banget bisa bertemu dengan bloger-bloger keren, wah senangnya

    ReplyDelete
  12. Dulu aku juga gitu mba, pertama kali naik pesawat. Tapi pas dah sering ya ttp deg degan juga terutama pas turbulensi. Pernah waktu itu dari banjarmasin ke surabaya. Ngeri betoel...

    ReplyDelete
  13. Duh, pengalaman yang menegangkan ya Mbak. Bepergian saat hamil, apalagi sendiri, memang kadang ada saja tantangannya. Tapi bersyukur sudah terlewati ya Mbak. Jadi pengalaman seru tersendiri untuk nanti diceritakan kembali di rumah bersama keluarga.

    ReplyDelete
  14. Pengalaman pertama sangat istimewa dan jadi pelajaran baru ketika ingin melakukan hal tersebut lagi.

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah akhirnya sampai dengan selamat. Ikutan lega bacanya Kak. Ternyata kalau terbang saat hamil tetap harus bawa surat keterangan dari dokter. Noted banget nih buat saya.

    ReplyDelete
  16. Hello, ka Ririin..
    Seneng sekali kita bisa ketemu di Jekarda yaa.. Salam kenal ((LAGI)) hehhee..

    Semoga nanti dede bayinya pas lahir langsung sering berpetualang dan saat besar nanti keliling dunia. Aaamiin~

    Sehat-sehat terus sampai lahiran yaa..
    Salam kangen dari aku di Bandung. Hehhee~

    ReplyDelete
  17. Jadi ingat penerbangan pertama ku dari Makassar ke Bali. Ada kegiatan juga waktu itu tapi posisiku masih kuliah. Ada deg-degan,takut, apalagi aku cewe sendirian. wkwkw.. Alhamdulillah mbaknya sampai tujuan dan pulang dengan selamat ya..

    ReplyDelete
  18. Jadi membayangkan paniknya kak Ririn huhu..
    Alhamdulillah ada jalan mudahnya yang tak terkira ya kak. Sehat-sehat selalu ya dan lancar HPL nya

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah ya jadi pengalaman yang penuh kesan, sederhana tapi banyak makna. Ikut senang bacanya, sehat-sehat selalu ya Kak.

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel