Jangan Kaget Ibu

Ibu, seorang tokoh yang namanya akan bertebaran di sosial media kala 22 Desember tiba. Sosok yang semua orang akan merasa berutang jasa. Untukmu ibuku yang paling ku cinta, aku ingin mengungkapkan untaian kata. Ku harap semua ini tak membuatmu tercengang, aku hanya ingin menjelaskan rasa yang sebenarnya. Aku bukanlah anak baik yang selalu patuh terhadap nasihat atau larangan ibu. Iyaa beliau yang kusapa dengan sebutan “Mamak”. Banyak orang bilang kalau beliau lebih cantik dariku, dengan badan tegap, tinggi semampai dan senyum manis. Hadiah Dari Ibu yang kuanggap sangat berharga bukanlah barang mahal, atau barang yang sanga ku sukai. Bukan pula waktu luang, atau kebersamaan yang kita rajut selama 19 tahun sejak aku diizinkan Allah melihat segala ciptaannya yang ada di bumi ini. Lalu apa?
Ibu. . kau lah sosok paling cerewet dan galak yang pernah ku jumpai di dunia ini. Dan kecerewetanmu itu adalah Hadiah Dari Ibu yang sangat berharga bagiku. Aku kuliah di fakultas keguruan, oleh karenanya aku mempelajari berbagai strategi pendidikan dan psikologis anak. Betapa teori juga tak dapat disalahkan jika makian dan kecerewetan memiliki impact negatif bagi anak. Tapi aku ingin menggempur teori itu, bukan hendak menentangnya. Tapi ku rasa makian dan kecerewetan Ibu dapat pula menjadi pelajaran mental yang berharga bagi seorang anak. Sekarang aku sadar perjuangan Ibu ku yang menyekolahkan dua anaknya dengan status single parent bukanlah hal yang gampang.
Dulu aku selalu menghujat, kenapa kita hidup miskin? Kenapa keluarga kita berantakan? Kenapa Ibu tidak seperti Ibu yang lain? Kenapa? Dan kenapa? Tapi saat periode usiaku memasuki pintu gerbang dewasa aku kian menyadari. Mengapa Ibuku melakukan itu? Mengapa orangtuaku memutuskan untuk berpisah? Dan mengapa Allah hanya menitipkan harta yang sedikit untuk keluargaku? Semua pertanyaan itu akhirnya berhasil kupecahkan. Kupecahkan dengan segala logika dan perasaan menggebu untuk mendapat sebuah jawaban. Ku pikirkan logika paling aneh hingga kutemukan jawaban yang hakiki. Benar, inilah cinta. Cinta yang berasalah dari Sang Maha Cinta.
Cinta kadang terselip pada kekerasan dan penindasan. Penindasan kerapkali kita artikan kejahatan, padahal tidak selamanya begitu. Aku sekarang mafhum, kenapa aku bisa sampai sejauh ini? Menjadi pribadi yang penuh tekad meraih mimpi. Itu karena Hadiah dari Ibu, hadiah kehidupan yang ibu berikan melalui sifat kerasnya. Keras kepala supaya anaknya lebih sukses darinya. Ibu andaikan aku tak mampu membalas satupun Hadiah Dari Ibu. Aku hanya ingin memohon satu permintaan, maafkanlah, limpahkanlah keridhoan hatimu atas perih yang kau rasa selama ini. Atas tenaga yang kau tumpahkan untuk meneriakiku yang begitu bandel ini. Pun atas keringat yang kau teteskan bersamaan dengan debur hujan yang mendinginkan hatimu demi menghidupi anakmu.
Waktu tidurmu yang setiap hari lebih sedikit dariku, hingga senyum manismu tak sempat ku pandang akrena wajahmu selalu dihadapkan dengan urusan serius perkara uang. Aku tak menuntut banyak. Aku hanya ingin senyum dan ampunan atas segala kebandelanku ibu.

Ririn Erviana
Metro, 22 Desember 2017

0 Response to "Jangan Kaget Ibu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel