Cara Membedakan Buku Ori dan Buku Bajakan


Kapan kita terakhir membeli buku? Atau minimal kapan terakhir kali kita pergi atau lewat toko buku? Setidaknya dalam suatu komunitas masyarakat pasti ada yang sebuah toko menjual buku. Apapun jenis bukunya.

Di desa tempat saya tinggal tidak ada toko buku, hanya tukang buku yang menjajakan berbagai jilid Alquran, Al-Barjanji, buku yasin, buku khutbah di Pasar. Saya juga tidak yakin desa tempat saya bertahan menyelami kehidupan selama 6 tahun ini, memiliki perpustakaan desa atau tidak. Tapi yang jelas saya menyadari diri saya menyukai buku bacaan sejak mengenal pelajaran bahasa Indonesia.

Ketika kuliah, saya diizinkan merantau di sebuah Kota Kecil. Tapi menurut saya kota ini sudah menjadi kemewahan tersendiri bagi saya, seorang perempuan yang berasal dari desa. Terlalu naif untuk diakui bahwa pertama kali yang saya bayangkan ketika akan tinggal di Kota ini, barangkali saya akan mudah menjumpai toko buku.

Membayangkan saya akan menyisihkan uang saku bulanan dan tentu saja akan menghamburkannya untuk membeli novel dari penulis-penulis idola. Tapi beberapa waktu mencari tahu, ternyata di Kota ini belum ada gramedia. Toko buku paling besar di Negara ini.

Lesu sekali rasanya. Saya mengumpat dalam hati, 

"Hahh katanya Kota pendidikan tapi kok nggak ada gramedia, padahal saya pengen sekali merasakan gimana pergi ke gramedia."

Saya sedikit terhibur dengan perpustakaan kampus yang saat itu sudah begitu mewah bagi saya. Bahkan hampir setiap hari saya mengunjunginya untuk membaca buku-buku. Mulai dari buku kuliah, kitab hadist (karena saya kuliah pendidikan agama), pengembangan diri dan lain sebagainya. Tapi tidak ada novel di perpustakaan kampus saya.

Tapi akhirnya saya tak terlalu sedih, sebab konon ada toko buku di sekitar kampus saya. Meski itu tak sebesar gramedia. Kemudian Saya putuskan untuk mengunjunginya. Ketika melihat-lihat, ternyata toko ini lebih banyak menyediakan buku-buku kuliah. Dan sedikit sekali novel-novel.

Tapi saya ingat sekali pernah membeli novel sebanyak dua kali di toko buku ini, novelnya Andrea Hirata berjudul Padang Bulan dan Asma Nadia berjudul Sakinah Bersamamu.

Hingga kemudian setelah saya banyak belajar, membaca, berdiskusi, ikut komunitas online, mendownload novel secara gratis, akhirnya saya sadar bahwa dua novel yang saya beli dan saya nikmati tadi ternyata "Bajakan."

Secara sederhana saya mendefiniskan buku bajakan adalah buku yang dijual atau dibagikan secara gratis melalui format PDF tanpa izin penulis dan penerbit. Produknya beredar bersamaan dengan penjualan buku ori. Sementara buku ori adalah karya original penulis yang di perjualbelikan melalui penerbit dan distributor. 

Saya bergidik ngeri ketika tahu akibat menikmati karya bajakan. Padahal awalnya saya merasa sangat bijak sebab orang lain atau teman sebaya saya belum tentu se-Rajin ini membaca buku.

Nah makanya dalam tulisan yang entah apa bentuknya ini, saya pengen membagi cara membedakan buku ori dan bajakan. Setidaknya hal itu yang pernah jadi pengalaman saya. Berikut ini adalah cara membedakan buku ori dan bajakan.

1. Dari Kertas Bukunya
Buku bajakan biasanya memakai kertas buram. Karena harganya murah dan si pembajak akan memperoleh keuntungan ketika menjualnya dengan harga murah di banding buku ori.
Contoh buku bajakan,
Menggunakan kertas buram
akan terlihat jika dizoom
Contoh buku ori, 
Kertas tidak buram
Dan biasanya ada bookmark atau pembatas

2. Dari jilidan bukunya
Buku bajakan biasanya jilidannya kurang rapi sehingga mudah sobek atau terlepas kertas dari lemnya. Sementara buku ori biasanya kencang sekali lemnya. Kalaupun sudah lusuh jarang lemnya terkoyak dan kertasnya lepas.
3. Dari warna covernya
Buku bajakan biasanya memiliki cover yang agak buram. Dan hampir tidak pernah menggunakan kertas timbul. Karena biasanya buku ori covernya sedikit timbul untuk menambah ornamen design grafisnya.

4. Harga Bukunya
Buku bajakan biasanya dijual dengan harga yang jauh lebih murah daripada buku ori. Bahkan sampai separuh harga selisihnya.

Saya berharap semakin banyak orang-orang yang sadar tentang buku bajakan dan tidak lagi menikmati buku bajakan. Karena betapa menderitanya industri kepenulisan kalau banyak orang mendukung dan melanggengkan aksi bajakan ini.


0 Response to "Cara Membedakan Buku Ori dan Buku Bajakan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel