Transisi Energi Penyelamat Bumi dari Selimut Polusi

Pada saat kenaikan bahan bakar minyak pada Oktober lalu, saya cukup tercenung. Sebagai seorang yang hidup dengan ekonomi menengah. Ini tentu berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan. Terutama ekonomi keluarga. Bahkan saya terpikir untuk membeli sepeda agar dapat bekerja mengendarai sepeda saja.

Beberapa kali mesin token listrik rumah kami berbunyi. Kami menyebutnya sebagai suara kemiskinan. Tut....Tut...Tut... Kami sering menertawakan bunyi itu, suara yang unik dan selalu mengingatkan kita tentang menghemat energi listrik.

Biasanya setelah menyadari itu semua, saya mulai memperketat pengeluaran. Agar gaji saya dan suami cukup untuk menopang rumah tangga kami. Saya bahkan berusaha mencuci dengan tangan alih alih dengan mesin cuci agar dapat menghemat listrik.

Keresahan-keresahan itu seperti gayung bersambut saat saya dipertemukan dengan komunitas Ecoblogger Squad. Dalam komunitas ini kami berdiskusi setiap bulan seputar lingkungan. Mulai dari Kebakaran Hutan, Pentingnya Hutan untuk Mencegah Perubahan Iklim, Masyarakat Adat yang Tinggal di Hutan, Bahaya Degradasi Lahan Gambut Sampai Transisi Energi untuk Menyelamatkan Bumi dari Selimut Polusi.

Pada diskusi tentang transisi energi kali ini, saya sangat tersentuh. Saya diajak berefleksi tentang kehidupan yang erat kaitannya dengan penggunaan energi sekaligus dampaknya terhadap lingkungan. Isu perubahan iklim cukup santer terdengar belakangan ini. Bahkan jika kita berefleksi lebih dalam, sekarang ini kita telah merasakan perubahan iklim itu.

Namun kali ini, kami mengerucut tentang keberadaan selimut polusi. Setelah sekian banyak karbon terlepas ke atmosfer. Bumi kita mengalami kenaikan suhu akibat selimut polusi yang mengelilingi bumi, seperti cincin raksasa berwarna abu-abu yang menyelimuti atmosfer bumi. Konon, itu merupakan salah satu penyebab kenaikan suhu bumi. 

Dampak sederhana yang kita rasakan seperti kemarau berkepanjangan, semakin hari semakin panas dan cuaca yang tak terduga. 

Sementara setiap hari kita terus menggunakan energi fosil yang menghasilkan karbon lebih banyak lagi. Listrik kita berasal dari pembakaran batubara, seperti yang kita ketahui batu bara merupakan sumberdaya alam yang sulit diperbarui. Kemudian, BBM yang kita gunakan juga berasal dari fosil atau minyak bumi yang merupakan sumber daya alam yang sulit diperbarui.

Lalu, sampai kapan kita akan bergantung pada sumber daya alam yang sulit diperbarui? Kita sebagai individu juga memiliki peran penting untuk menentukan pulihnya bumi kita agar tidak semakin panas lagi.

Sudah Saatnya Kita Transisi Energi

Transisi energi merupakan peralihan energi fosil yang sulit diperbarui dan menimbulkan banyak karbon ke energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan. Seperti listrik dari panel surya, biodesel, biofuel, dan lain sebagainya. Namun, setiap konsep energi ramah lingkungan juga bagai dua sisi mata uang. Jika tidak benar-benar diperhatikan ternyata juga menimbulkan banyak jejak karbon.

Biofuel

Biofuel merupakan bahan bakar yang berasal dari materi tumbuhan dan hewan. Ada beberapa jenis biofuel, tergantung materi dasarnya. Mulai dari bioetanol, biodiesel, dan biogas. Dilansir dari Madani Berkelanjutan, Menurut Departemen Energi Amerika Serikat, biofuel seperti etanol menghasilkan karbon dioksida hingga 48 persen lebih sedikit daripada bensin konvensional. 

Biodiesel

Biodiesel merupakan energi yang berasal dari minyak tumbuh-tumbuhan seperti minyak kedelai, minyak buah jarak hingga minyak bunga matahari. Biodiesel yang menjadi energi ramah lingkungan di Indonesia yang cukup populer saat ini. Produksi biodiesel di Indonesia berasal dari minyak sawit.

Karena bahan bakunya berasal dari tumbuhan, biodiesel dianggap menjadi pilihan tepat untuk menggantikan energi fossil. Pemerintah dan industri biodiesel menyatakan bahwa kendaraan bermotor yang menggunakan biodiesel menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih sedikit dibandingkan dengan bahan bakar fossil.

Namun, apakah emisi dari produksi biodiesel juga lebih sedikit dibandingkan bahan bakar fossil jika kita menghitung seluruh daur hidup minyak sawit yang digunakan? Nyatanya, jika menggunakan skenario Analisis Daur Hidup atau Life Cycle Analysis (LCA) dengan alih fungsi lahan, kita bisa mendapatkan hasil sebaliknya. Di lahan tertentu emisi biodiesel bisa lebih tinggi dari emisi solar, terutama jika lahan yang dibuka adalah lahan hutan primer.

Biodiesel dapat menjadi solusi energi yang ramah lingkungan jika tidak dieksploitasi dengan membuka lahan sawit yang baru. Apalagi jika perluasan lahan sawit untuk biodiesel hasil alih fungsi hutan primer. Itu akan menambah emisi karbon lebih banyak daripada solar.

Bioetanol

Bioetanol merupakan energi  yang berasal dari alkohol hasil fermentasi tumbuh-tumbuhan. Seperti gandum, tebu, jagung, singkong, ubi, buah-buahan, hingga  limbah sayuran. 

Biogas

Biogas adalah bahan bakar yang berasal dari hasil fermentasi sampah tumbuhan atau kotoran manusia dan hewan. Saat difermentasi, sampah atau kotoran itu akan mengeluarkan gas. Gas itu dapat dimanfaatkan sebagai energi yang disebut biogas.

Panel Surya

Panel surya merupakan alat yang dapat mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik. Penggunaan sistem sistem pembangkit listrik tenaga surya dapat menjadi salah satu solusi transisi energi listrik dari fosil. Jika mempertimbangkan letak geografis, Indonesia yang berada di garis khatulistiwa sangat kaya akan sumber energi matahari.

Mengapa Harus Transisi Energi?


1. Bencana Akibat Gas Rumah Kaca Semakin Meningkat

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bencana yang disebabkan Gas Rumah Kaca menjadi bencana yang paling sering terjadi di Indonesia. Cuaca ekstrem dan sulit diduga menyebabkan kemarau panjang dan hujan menyebabkan banjir.

Bertambahnya volume air laut dari lelehan gunung es di kutub utara dan selatan menyebabkan pulau-pulau kecil terancam tenggelam. Belum lagi kebakaran hutan, gagal panen karena curah hujan berlebih, tanah longsor dan gelombang pasang di pesisir pantai.

2. Selimut Polusi Semakin Tebal

Peningkatan polusi akibat kendaraan pribadi yang berbahan bakar fosil menyebabkan efek gas rumah kaca yang menyelimuti bumi. Akibatnya bumi kita akan mengalami kenaikan suhu. Kita akan merasakan bumi lebih panas. Jika ini terjadi dalam waktu yang lama makan perubahakan iklim akan terus kita rasakan. Transisi energi dilakukan agar seliut polusi yang menyelimuti bumi dapat terkikis. 

3. Perubahan Iklim Menjadi Ancaman Bencana Secara Global

Tidak hanya di Indonesia saja kita merasakan perubahan iklim. Seluruh belahan dunia pun merasaakannya. Baru-baru itu kita mendengar bencana banjir yang terjadi di Arab Saudi. Sebuah negara yang tidak pernah banjir sebelumnya. Ini bukti nyata bahwa perubahan iklim telah kita rasakan secara nyata.

Semakin lama kita juga akan kesulita menemukan tempat tinggal yang amaan dari bencana lingkungan. Sumber air bersih yang sulit kita temukan karena kita gagal mengelola  sampah dan limbah yang kita hasilkan. Dan yang paling parah, kegagalan panen akan menyebabkan kenaikan harga bahan pangan. Bencana akibat kelaparan juga akan terjadi.

4. Penambangan Energi Fosil Menyebabkan Hutan Gundul

Penambangan energi fosil seperti minyak bumi dan batubara mengorbankan penebangan hutan yang luas. Padahal hutan berkontribusi menyerap polusi dan karbon. Ketika penyerapnya semakin berkurang, sementara energi yang kita gunakan menambah polusi, maka polusi akan naik dan menyelimuti atmosfer bumi.

5. Energi Fosil Sangat Terbatas, Harganya Akan Semakin Mahal

Sekarang ini, mungkin kita juga telah merasakan BBM yang semakin mahal. Jika kita terus bergantung, maka kita juga akan kesulitan secara ekonomi. Apalagi yang berada digaris menengah ke bawah. Transisi energi bukan saja tentang peralihan bahan bakar, tapi mencakup banyak bidang lainnya, mulai dari ekonomi, lingkungan dan pangan.

Tantangan Menuju Transisi Energi

Transisi Energi sudah pasti bukan langkah yang mudah. Terdapat perjalanan panjang dan keterlibatan banyak pihak agar transisi energi benar-benar berdampak pada lingkungan. Berikut ini merupakan tantangan yang harus kita hadapi untuk menuju transisi energi.

Biodiesel di Indonesia masih menggunakan minyak kelapa sawit semua. Belum menggunakan bahan baku biofuel limbah yang tersedia seperti minyak jelantah. Penggunakan biodiesel yang semakin besar berpotensi menyebabkan penebangan hutan karena permintaannya terus bertambah. Sehingga perlu peningkatan penggunaan biofuel generasi kedua dari limbah seperti minyak jelantah yang tersedia melimpah akibat kegemaran memakan gorengan.

Sementara itu, untuk kendaraan listrik ada beberapa hal yang menjadi tantangan pula. Misalnya, 67% pembangkit listrik masih menggunakanbahan bakar dari batu bara pada tahun 2020. Belum lagi, pada sektor hulu, kendaraan listrik nyatanya belum sepenuhnya bebas dari emisi gas rumah kaca yang menyelimuti bumi. 

Untuk menuju transisi energi yang benar-benar baik untuk lingkungan masih pelu peningkatan pembangkit listrik energi terbarukan dan memberhentikan PLTU batu bara  serta PLTD diesel dapat digantikan dengan PLT dengan energi terbarukan.

Selain itu, tantangan juga datang dari sumber energi terbarukan. Pasokan energi matahari dan angin tergantung musim dan periode maksimal tidak selalu cocok dengan periode beban puncak konsumsi listrik. 

Kemudian, pasokan air untuk PLTA dan PLTMH memerlukan ekosistem sungai yang terjaga kelestariannya. Tentu ini membutuhkan upaya yang begitu panjang. Mulai dari kesadaran penduduk sampai pengelola kebijakannya. Agar sumber daya air dapat dimanfaat dengan maksimal.

Belum lagi, lokasi daerah yang potensial jauh dari penduduk dan infrastruktur memadai seperti jalan,jembatan serta grid listrik. Ini menjadi tantangan yang cukup menantang karena perlu pengadaan infrastruktur yang lebih baik pada area yang potensial untuk dimanfaatkan energinya.

Sebagai seorang yang bekerja di lingkungan pendidikan, saya juga menyadari bahwa kurikulum pendidikan belum mengakomodir energi terbarukan. Di Indonesia jurusan kuliah tentang transisi energi mungkin masih sangat sedikit. Sehingga belum banyak sumber daya manusia (SDM) yang ahli dalam bidang energi terbarukan.

Kita juga tidak dapat memungkiri sektor industri komponen energi terbarukan belum tumbuh di Indonesia sehingga masih tergantung dengan komponen luar negeri atau impor barang yang sudah jadi. Akibatnya untuk mendatangkan barang maupun komponen untuk merangkai energi terbarukan menjadi mahal.

Hal penting lainnya yang menjadikan transisi energi kian menantang, ketika sentralisasi wewenang pengadaan energi skala besar ke Pemerintah Pusat pasca terbentuknya UU Cipta Kerja. Sehingga pemerintah daerah sulit mengembangkan proyek energi terbarukan dalam skala bear.

Rendahnya investasi di proyek energi terbarukan, rendahnya RnD tentang energi terbarukan juga turut memberikan tantang tersendiri untuk transisi energi ini. Dan yang paling menonjol adalah proyek energi fosil masih diperbolehkan dibangun hingga saat ini.

Huhhh... Setelah membaca segudang tantangan yang harus dihadapi menuju transisi energi kita menghela nafas. Tentu saja itu bukan hal yang mudah, apalagi hanya segelintir orang yang memperjuangkannya. 

Jika perubahan iklim, selimut polusi,gas rumah kaca tidak menjadi kekhawatiran bersama, maka kita juga akan terus merasakan dampak buruknya. Sebagai masyarakat sipil kita tetap memiliki andil untuk mendorong adanya transisi energi.

Apa yang Dapat Kita Lakukan?

Meskipun kita bukan pemangku kekuasaan, tidak berarti kita pasrah dengan keadaan. Kita dapat melakukan langkah sederhana untuk mendukung dan mendorong transisi energi. Berikut ini hal-hal sederhana yang dapat kita lakukan untuk mendorong transisi energi.

1. Terlibat dalam Pengumpulan Limbah 

Sebagai warga Indonesia yang sangat mencintai gorengan, pasti kita menghasilkan limbah rumah tangga berupa minyak jelantah. Kita dapat mencari organisasi atau komunitas yang menampung limbah ini agar dapat diteruskan untuk bahan baku energi non fosil seperti biodieser dan biogas.

2. Berbagi Informasi Baik

Setelah melakukan hal-hal kecil seperti mengumpulkan limbah minyak jelantah, kita dapat menyebarkan informasi praktik baik ini di media sosial. Agar banyak orang mengetahui dan harapannya dapat menularkan praktik baik ini kepada mereka. Sebarkan pula tentang dampak perubahan iklim agar mereka juga memiliki kekhawatiran yang sama tentang bumi kita.

3. Mengurangi Penggunaan Kendaraan Pribadi

Apakah kalian tim yang suka naik kendaraan umum? Atau memilih membawa kendaraan pribadi agar lebih nyaman? Selain menyebabkan kemacetan, membawa kendaraan pribadi juga dapat meningkatkan polusi yang dapat menambah gas rumah kaca. Saya sendiri suka menggunakan kendaraan umum kalau hendak pulang kampun, karena kami belum punya mobil sendiri.

Namun, hal itu ternyata juga tidak buruk. Saya jadi merasa memiliki peran terhadap pencegahan perubahan iklim karena menghemat energi. Memang bukan langkah yang besar, tapi jika dilakukan oleh banyak orang, maka akan berdampak baik pada lingkungan kita.

4. Menghemat Penggunaan Listrik

Menghemat penggunaan listrik kita dapat mengurangi permintaan energi listrik yang berasal dari fosil. Sebaliknya, jika penggunaan listrik terus meningkat, permintaan akan semakin meningkat, maka pembangkit listrik akan ditambah lagi. Sementara itu akan memperburuk bumi kita karena selimut polusi semakin tebal.

Kita dapat menghemat listrik dengan mengurangi penggunaan gawai, agar kita tidak sering menambah dayanya. Sebagai gantinya kita dapat melakukan aktivitas fisik lebih banyak. Aktivitas scroll-scroll yang tidak penting sebaiknya kita kurangi. Selain dapat menghemat listrik kita pun dapat mengurangi rasa insecure karena membanding-bandingkan diri dengan orang lain yang ada di sosial media.

5. Kampanye Transisi Energi

Selanjutnya, kita dapat menyebarkan informasi tentang pentingnya transisi energi kepada lebih banyak orang. Agar mereka memiliki kesadaran tentang keadaan bumi kita saat ini. Hal ini juga dapat mendorong adanya dukungan dari pemangku kebijakan jika transisi energi menjadi isu yang ramai dibicarakan.

Bagaimana pendapat teman-teman setelah membaca artikel tentang transisi energi ini? Apakah mulai sadar tentang pentingnya transisi energi? Apakah teman-teman juga mau berjuang mendorong adanya transisi energi. Semoga kita bisa berjuang bersama mewujudkan transisi energi agar dapat menyelamatkan bumi dari selimut polusi.

13 Responses to "Transisi Energi Penyelamat Bumi dari Selimut Polusi"

  1. Setuju sih dengan langkah kita sebagai individu untuk transisi energi ini. Karena untuk di tingkat pengambil keputusan butuh effort lebih yang dilakukan berbagai pihak supaya mereka mau mengubah kebijakan

    ReplyDelete
  2. Sangat sadar bahwa transisi energi sudah layak dilakukan mulai dari sekarang. Jika kita ingin merawat bumi, tentu saat tepat untuk transisi. Langkah kecil dengan berjalan kaki, naik kendaraan umum, mengolah sampah yang baik dan benar. Menanam pohon untuk mengurangi polusi.

    ReplyDelete
  3. 4bio + panel Surya dapat menjadi pilihan kita untuk transisi energi, karena memang harus dilakukan sih ya, karena SDA kita yang tidak bisa diperbaharui makin menipis

    ReplyDelete
  4. Yaa Allah, Mbak, ngakak aku baca tulisan "suara kemiskinan". Tapi emang iya kali ya. Hahahaha.

    Setuju untuk menghemat listrik, agar terselamatkan bumi kita. Aku juga pengen beli sepeda kayuh nih. Ngumpulin duit dulu.

    ReplyDelete
  5. Setuju dengan kampanye ini, kita memang butuh transisi energi. Masalah efek rumah kaca hingga saat ini memang selalu menjadi PR juga

    ReplyDelete
  6. Hehe istilahnya unik, mbak, suara kemiskinan :D
    Btw soal energi ini aku jadi ingat sewaktu kuliah pernah bikin esai dan karya tulis soal energi. Meski sampai skrg ternyata Indonesia belum besar besar banget persentase transisi energinya tapi setidaknya kita tetap berusaha melakukan apa yang bisa kita lakukan ya. Sesederhana pakai kendaraan umum.

    ReplyDelete
  7. beberapa tahun lalu aku udh amaze sama teknologi panel surya yg ku tonton dari film2, dan ternyata emang sepenting itu ya buat cari alternatif teknologi. Aku pun nemuin masyarakat adat baduy luar, jemur semacam panel surya buatan siang hari, buat dijadikan lampu malam hari! keren ya mereka

    ReplyDelete
  8. Panel surya sudah mulai banyak digunakan ya mbak sekarang.. Sama sepeda dan motor listrik...

    ReplyDelete
  9. beli sepeda udah, tapi kan ga menjawa kemudahan transportasi. huhu. aku berharap tranportasi publiknya juga bisa selaras pakai energi terbarukan yaa kak

    ReplyDelete
  10. Banyak langkah kecil yang bisa kita lakukan bersama-sama ternyata ya. Termasuk berbagi informasi dari komunitas seperti Eco Blogger Squad biar lebih banyak orang yang teredukasi

    ReplyDelete
  11. Lumayan tertarik sama panel surya sebenernya tapi ya masih harus nabung dulu sih..

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel