Kenapa Ada yang Suka Baca Buku Ada yang Tidak?

Kenapa Ada yang Suka Baca Buku Ada yang Tidak?

Saya sering mengamati peserta didik yang sering berkunjung ke Perpustakaan Sekolah. Tapi, dari 100an anak di sekolah, yang tak lihat suka membaca itu paling sekitar 10 orang. Bahkan mungkin kurang dari itu. Suka membaca di sini yang dia tanpa stimulus mau menanyakan buku. Mau inisiatif baca buku waktu jam istirahat.

Lalu yang lain? 

Mereka mungkin sebenarnya suka baca juga. Tapi perlu stimulus. Misal kita tunjukin buku dengan gambar menarik. Kita menampilkan keseruan saat membaca buku. Bisa juga dengan sharing hal baru yang didapat dari sebuah buku. Biasanya dengan begitu, akan ada beberapa orang yang tertarik untuk ikutan membaca buku.

Kembali ke topik deretan anak-anak yang suka dan tertarik baca buku tanpa stimulus. Saya suka penasaran juga, gimana ya awalnya dia suka dengan kegiatan membaca buku. Saya kepikiran, apakah sama dengan saya saat pertama kali menyukai buku? 

Kadang saya tanya kepada mereka, tapi kebanyakan jawabannya memang karena dari awal sudah punya previlege tentang keberadaan buku. Misalnya, sejak kecil sudah diperkenalkan dengan buku. Kemudian, di rumah punya batasan screen time

Sehingga rasa penasaran yang hadir di benak mereka, akan tersalurkan dengan membaca buku. Keinginan untuk menyerap lebih banyak informasi akhirnya tersalurkan dengan kegiatan membaca buku atau apa saja yang ada di rumah. 

Saya jadi mengingat kembali bagaimana awalnya menyukai buku. Walaupun kadang bingung bagaimana pastinya saya bisa menyukai buku atau menyukai aktivitas membaca. Tapi yang jelas, dulu, buku pelajaran Bahasa Indonesia adalah buku yang banyak ceritanya. Membaca cerita kan membuat penasaran. Sehingga lama-lama selalu haus ingin baca cerita lagi dan lagi. Akhirnya kalau ke pasar selalu pengen beli buku cerita untuk hiburan di rumah.

Nah, kalau sekarang, ketika seorang anak bosan. Buku bukan lagi menjadi satu-satunya pelarian untuk mengusir kebosanan itu. Lawannya buku itu gawai (handphone). Dimana benda itu memiliki informasi yang lebih banyak dengan bentuk yang lebih bagus. Berupa foto dan video yang bisa dengan mudah untuk membuat penggunanya terhibur.

Gawai beserta kolaborasinya dengan internet, sangat memudahkan kita semua mendapat informasi. Informasi apapun bahkan bila itu untuk kepentingan hiburan. 

Tapi konsekuensinya, sesuatu yang mudah didapat kadang tidak terasa berkesan dan bermakna. Misalnya saja saat kita scroll-scroll video di sosmed. Rasanya banyak sekali kan informasi yang kita terima? Baik itu tentang tips, tutorial, kata motivasi, nasihat dan seterusnya. 

Tapi seberapa banyak sih informasi yang yang membekas dan bisa benar-benar kita praktikkan sehari-hari. Seberapa besar informasi itu mengubah kebiasaan-kebiasaan dalam hidup kita? Mungkin ada, tapi bisa jadi relatif kecil. 

Berbeda halnya dengan informasi dari buku. Memang untuk mencernanya lebih sulit. Dalam artian, kita harus memikirkan makna sebuah kalimat sampai paragraf. Berbeda dengan video yang mudah diterima karena bentuknya visual. Tapi dalam buku, informasi yang disajikan utuh. Sehingga itu akan memberikan kesan yang sulit untuk dilupakan. Bahasa gampangnya membekaslah.

Sama halnya ketika kita menbacakan dongeng yang berisi nasihat. Bandingkan saja saat anak-anak menonton video tentang cerita yang serupa. Kira-kira mana yang lebih berkesan? Bagikan pengalaman ayah bunda di kolom komentar ya. Mari kita saling berbagi!

5 Responses to "Kenapa Ada yang Suka Baca Buku Ada yang Tidak?"

  1. Sekadar sharing, mungkin anak yang tidak suka membaca dulu dipaksa harus bisa Calistung sebelum SD. Anak saya gitu soalnya.

    ReplyDelete
  2. Saya merasakan ada kenyamanan dan ketenangan saat membaca buku. Ini terasa banget setelah lama gak membaca buku.

    Percayalah mereka yang suka baca buku cara pandangnya lebih luas dan wawasan lebih banyak.

    ReplyDelete
  3. Menurutku itu karena kebiasaan juga. Bila dibiasakan membaca / diperkenalkan dg buku sedari kecil, biasanya akan jadi kutu buku. Jadi lingkungan sangat mempengaruhi..

    ReplyDelete
  4. Iya juga ya..
    Rasanya impact konten bergerak memang lebih besar dibandingkan tulisan.
    Apalagi bagi genzi yang lebih cenderung menyukai visual.

    Tantangan banget untuk membuat anak suka membaca.
    Selain jenis buku, kertas, dan cover sepertinya sangat berpengaruh banget.

    ReplyDelete
  5. Salah satu pengaruh anak suka membaca buku karena mencontoh orang tua atau lingkungannya. Dulu saya suka membacakan cerita sebelum tidur dan sering membaca buku di rumah, jadinya menular ke anak. Memang diakui sekarang anak-anak lebih tertarik dengan audio visual.

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel