Kriteria Toilet di Sekolah Yang Adil Gender
Rasanya sudah lama sekali tidak menulis sesuatu yang serius. Kebetulan saya baru saja menonton Podcast salah satu aktivis gender yang sering saya nikmati kontennya. Podcast itu membahas isu menstruasi di sekolah. Menstruasi sebagai salah satu pengalaman biologis perempuan nyatanya telah banyak memengaruhi kehidupan seorang perempuan.
Ada sebuah cerita ironi tentang menstruasi, bagaimana pengalaman biologis ini sangat mengganggu self esteem seorang perempuan. Misalnya ketika ia harus mendapatkan menstruasi di usia yang masih belia, sehingga teman-temannya belum mendapat menstruasi, sehingga dia merasa tidak percaya diri dan merasa aneh. Saya sendiri pernah menjumpai hal semacam itu.
Saya pernah bekerja di institusi pendidikan dasar. Ada seorang anak perempuan kelas tiga sudah mendapatkan menstruasi, saat teman-temannya bahkan dirinya sendiri belum paham betul apa itu menstruasi. Orang tua siswa tersebut meminta guru-guru untuk merahasiakan bahwa siswa tersebut sudah menstruasi karena takutnya ada pembullyan di kelas atau memengaruhi kepercayaan diri sang anak. Ironi bukan?
Namun, pada artikel ini saya tidak akan membahas menstruasi sebagai pengalaman perempuan lebih jauh lagi. Saya ingin membahas bagaimana tolitet di tempat umum, termasuk di sekolah, semestinya berkeadilan gender supaya pengalaman biologis perempuan yang berpotensi menimbulkan ketidakpercayaan diri ini bisa berkurang.
Gimana sih, kok toilet bisa mengurangi dampak ketidakpercayaan diri?
Toilet yang ramah perempuan akan berusaha memerhatikan pengalaman biologis perempuan seperti menstruasi, hamil, dan melahirkan. Dengan fasilitas yang memadai perempuan jadi terbantu dan mendapatkan ruang aman setiap pengalaman biologis itu datang.
Lalu Bagaimana Kriteria Toilet di Tempat Umum yang Adil Gender Itu?
1. Jumlah Toilet Perempuan Harus Lebih Banyak Daripada Toilet Laki-laki
Perempuan dengan sederet pengalaman biologisnya menghabiskan waktu lebih banyak di kamar mandi. Jika diasumsikan pengguna toilet perempuan dan laki-laki memiliki perbandingan yang sama. Maka jumlah toilet perempuan harus dua kali lebih banyak dari jumlah toilet laki-laki. Itulah yang dimaksud dengan adil gender. Bagaimana fasilitas umum seperti toilet memperhatikan pengalaman biologis perempuan.
2. Pintu Toilet Harus Bisa Dikunci
Laki-laki bisa menggunakan toilet urinal atau toilet semi terbuka. Sementara perempuan tidak bisa. Alasan bentuk tubuh dan proses dalam membersihkan hajat boleh jadi sangat berbeda. Sehingga jika ada sekolah dengan toilet yang pintunya tidak bisa dikunci atau rusak tapi tak kunjung diperbaiki, tentu ini menjadi tanda ketidakadilan gender.
Membayangkan para siswi yang menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah itu, sementara toiletnya tidak dapat dikunci. Jelas ini merupakan masalah serius. Pasti bingung sekali jika akan buang hajat atau berganti pembalut saat menstruasi. Inilah yang dimaksud dengan pembangunan yang berperspektif gender. Setiap keputusan pembangunan melibatkan perspektif perempuan sebagai penggunanya kelak.
3. Harus Tersedia Air Bersih
Berdasarkan pengalaman biologis perempuan terutama menstruasi, air bersih tentu sangat diperlukan bagi perempuan yang sedang menstruasi. Ini berkaitan langsung dengan pola menjaga kesehatan reproduksi. Bagaimana kesehatan reproduksi bisa meningkat, jika pemerintah atau penyelenggara tempat-tempat umum mengabaikan aspek ini. Air bersih hukumnya wajib ada untuk mewujudkan toilet yang ramah perempuan dan adil gender.
4. Pencahayaan yang Memadai
Pencahayaan sangat diperlukan karena kaitannya dengan kegiatan pembersihan. Karena pengalaman biologis perempuan tadi, proses pembersihan bagi perempuan tentu saja lebih rumit jika dibandingkan dengan laki-laki. Toilet di tempat umum seperti di sekolah, tempat kerja, perpustakaan umum, dan fasilitas umum lainnya wajib memberikan pencahayaan yang memadai.
Setidaknya itulah empat kriteria Toilet yang Adil Gender berdasarkan Podcast-nya Mbak Kalis Mardiasih di Channel Pare Indonesia. Sementara Kemendikbud sebagai kementrian yang menaungin institusi pendidikan sudah menerapkan aturan mengenai standar toilet ini sebenarnya. Tapi jujur, saya ragu apakah standar ini sudah benar-benar dijalankan?
Standar Toilet di Sekolah Menurut Kemendikbud
Berikut aturan terkait jamban di sekolah berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs), dan SMA/MA:
Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan atau kecil
Di jenjang SD/MI, minimal terdapat:
- 1 unit jamban untuk setiap 60 peserta didik pria
- 1 unit jamban untuk setiap 50 peserta didik wanita
- 1 unit jamban untuk guru.
- Minimal 3 unit jamban per sekolah
Di jenjang SMP/MTs dan SMA/MA, minimal terdapat:
- 1 unit jamban untuk setiap 40 peserta didik pria
- 1 unit jamban untuk setiap 30 peserta didik wanita
- 1 unit jamban untuk guru.
- Minimal 3 unit jamban per sekolah
Jamban sekolah harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan.
Tersedia air bersih di setiap unit jamban sekolah
Jamban sekolah dilengkapi sarana:
1 kloset jongkok per ruang
1 tempat air per ruang dengan volume minimum 200 liter berisi air bersih
1 gayung per ruang
1 gantungan pakaian per ruang
1 tempat sampah per ruang
Luas minimal 2 meter persegi untuk tiap unit jamban
Inilah yang perlu diperhatikan oleh penyelenggara pendidikan, penyelenggara pariwisata dan siapapun yang membangun toilet umum. Jika perempuan mendapatkan keadilan gender dari fasilitas toilet, ini akan mengurangi dampak subordinasi dan stigmatisasi yang melekat pada perempuan. Seperti, perempuan sering distigma kalau di toilet lama, jadi serba terlambat. Padahal lama itu bisa jadi karena keperluannya lebih banyak dibanding laki-laki jika di toilet.
Fasilitas yang turut mempertimbangkan pengalaman biologis perempuan akan membantu banyak perempuan merasakan adanya keadilan gender. Ia tidak akan merasa berkecil hati hanya karena menjadi perempuan.
Jadi kesetaraan gender itu bukan perempuan sekadar perempuan harus bisa angkat galon kayak laki-laki ya! Kesetaraan gender itu dimana ketika kebijakan publik sudah ramah perempuan dengan memperhatikan pengalaman biologis perempuan yang sangat berbeda dengan laki-laki itu.
Sumber:
https://mubadalah.id/keadilan-gender-dimulai-dari-fasilitas-toilet/
https://www.detik.com/edu/sekolah/d-6867153/isu-toilet-gender-netral-di-sekolah-ini-aturan-toilet-sekolah-dari-kemendikbud.
0 Response to "Kriteria Toilet di Sekolah Yang Adil Gender"
Post a Comment