Refleksi Seorang Ibu, Mengapa Frugal Parenting Membuat Hidup Lebih Tenang

Setelah punya anak, aku menemui banyak kesadaran. Aku baru menyadari apa yang dulu aku anggap sebagai mempersiapkan jadi orang tua, ternyata tidak pernah cukup. Setelah punya anak, semua yang aku kerjakan muaranya pada masa depan anak. Aku tak lagi memedulikan trend kesenangan. Tapi bagaimana berjuang lebih kerasa lagi, supaya aku dapat membeli lebih banyak waktu bersama anak.

Walaupun aku sering merasa insecure setelah menjadi IRT, tapi kurasa aku telah menukar karirku dengan waktu berharga dengan anak yang sangat sepadan.Masa-masa pertumbuhan anak yang mengagumkan itu tidak akan pernah terulang kembali.

Aku juga menyadari keuangan rumah tangga kami belum bisa dikatakan stabil. Tapi tidak bisa dikatakan kekurangan juga. Aku berusaha mensyukuri semuanya. Ketika aku memutuskan untuk tidak sering membelikan Mufi mainan. Aku rasa itu bukan masalah besar.

Aku menemukan prinsip "yang berharga tidak selalu mahal."  Aku tetap bisa memberikan sesuatu yang berharga untuk Mufi, tapi nggak selalu membelikan yang mahal-mahal. Aku ingat pernah membaca tentang frugal parenting sekilas. Aku merasa sepertinya itu sesuai dengan style-ku.

Apa Itu Frugal Parenting?

Kadang, jadi orang tua bikin kita gampang terjebak dengan pikiran bahwa anak butuh banyak barang baru, mainan canggih, atau perlengkapan serba mahal. Tapi, semakin lama aku sadar kalau frugal parenting bukan soal menahan diri atau sekadar berhemat. Lebih dari itu, ini soal mengubah cara pandang dalam mendidik anak—bagaimana pengalaman, kreativitas, dan kebersamaan dalam keluarga jauh lebih berharga dibandingkan tumpukan barang.

Buatku, inti dari frugal parenting adalah tentang menanamkan kesederhanaan sejak dini. Mengajarkan anak untuk bersyukur, sekaligus menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari hal-hal mahal. Justru, momen kecil seperti membaca buku bersama, membuat mainan sederhana dari kardus, atau sekadar duduk di teras sambil bercerita, sering kali meninggalkan kesan yang jauh lebih dalam. Dari situlah aku belajar, bahwa kebahagiaan sejati memang lebih banyak ditemukan dalam hal-hal sederhana yang penuh makna, bukan pada benda yang cepat usang.

Melihat situasi ekonomi sekarang, sepertinya memilih frugal parenting adalah pilihan yang cocok buat saya. Apalagi lingkungan sekitar tempat tinggal masih banyak yang bisa dimanfaatkan. Konsep ini bisa berjalan beriringan dengan konsep slow living juga.

Memilih Tidak Terobsesi Membelikan Mainan

Aku pernah dengar kalau anak sebenarnya tidak butuh banyak mainan. Mainan yang banyak juga bisa membuat anak jadi tidak fokus. Selama ini aku dan suami berusaha mengerem diri sendiri untuk tidak sering-sering membelikan Mufi mainan. Semenjak usia satu tahun, kayaknya memang sebaiknya kami tidak sering-sering beli mainan.

Sebagian besar mainan milik Mufi dibelikan oleh kakek neneknya. Atau meminjam dari kakak sepupunya. Bukan berarti jadi orang tua yang pelit. Karena kadang harga mainan seringkali tidak sebanding dengan lamanya mainan itu dimainkan.

Kadang-kadang anak-anak juga lebih suka memainkan barang-barang yang bukan mainan. Lagipula stimulasi yang tersedia di alam sangat banyak dan lebih bagus bagi perkembangan motoriknya. Selagi masih punya halaman yang luas, kebun, dan tanaman-tanaman di sekitar rumah. Rasanya itu sudah cukup dijadikan bahan mainan untuk Mufi.

Dengan mainan yang sedikit, anak juga lebih bisa mengasah kreativitasnya. Karena kebosanan seringkali melahirkan kreativitas. Tidak menyediakan banyak mainan juga dapat mengajarkan anak tentang nilai-nilai kesederhanaan. 

Walaupun kayaknya tantangan soal membeli mainan ini akan semakin berat seiring bertambahnya usia Mufi. Sekarang saja dia sudah bisa merengek minta balon ketika ada acara di depan lapangan atau sedang ikut kondangan. Nanti kalau sudah lancar bicara sepertinya drama meminta mainan sulit sekali dihindari.

Manfaat Frugal Parenting yang Aku Rasakan

1. Hidup terasa lebih tenang

Seiring waktu, aku mulai merasakan sendiri manfaat dari frugal parenting, bukan hanya untuk anak, tapi juga untuk diriku sebagai orang tua. Hidup terasa lebih tenang karena tidak terus-menerus dikejar rasa ingin membeli dan membandingkan. Keputusan-keputusan kecil menjadi lebih sadar, lebih bermakna, dan tidak lagi dipenuhi rasa bersalah.

2. Anak belajar menghargai hal-hal sederhana

Bagi anak, frugal parenting membantu mereka belajar menghargai hal-hal sederhana. Mereka terbiasa menikmati proses, bukan sekadar hasil. Kebahagiaan tidak selalu datang dari barang baru, tapi dari kebersamaan, perhatian, dan pengalaman yang dibangun bersama. Tanpa sadar, anak belajar bersyukur dan tidak mudah merasa kurang hanya karena melihat apa yang dimiliki orang lain.

3. Kreativitas tumbuh dalam keluarga

Manfaat lainnya adalah tumbuhnya kreativitas, baik pada anak maupun orang tua. Keterbatasan justru mendorong kami untuk lebih imajinatif, mengubah benda sederhana menjadi mainan, mengisi waktu dengan aktivitas yang dekat dan hangat. Dari situ, hubungan emosional terasa lebih kuat karena ada keterlibatan, bukan sekadar pemberian.

4. Keuangan keluarga lebih sehat dan terarah

Frugal parenting juga membantu keluarga lebih sehat secara finansial. Bukan semata soal menabung, tetapi tentang mengelola prioritas. Ketika kebutuhan dan keinginan bisa dibedakan dengan lebih jernih, keputusan keuangan menjadi lebih bijak. Rasa cemas berkurang, dan energi bisa dialihkan untuk hal-hal yang benar-benar penting.

5. Anak tumbuh dengan nilai hidup, bukan sekadar fasilitas

Yang paling aku syukuri, frugal parenting membantuku membesarkan anak dengan nilai hidup, bukan hanya dengan fasilitas. Anak belajar bahwa hidup tidak harus selalu berlebihan untuk bisa bahagia. Dan aku belajar bahwa menjadi orang tua yang cukup hadir sering kali jauh lebih berarti daripada menjadi orang tua yang serba menyediakan.

Tantangan Menerapka Frugal Parenting

1. Kesabaran

Aku sadar, menjalani frugal parenting itu bukan proses instan. Anak nggak serta-merta paham kenapa kita memilih hidup sederhana. Tapi dengan konsistensi kecil-kecil setiap hari, lambat laun mereka akan mengerti, bahkan merasakan manfaatnya sendiri.

2. Pola Pikir Kreatif

Sebagai orang tua, aku sering ditantang untuk lebih kreatif. Bukan soal belanja barang baru, tapi bagaimana caranya menghadirkan pengalaman yang menyenangkan dan bermakna buat anak tanpa harus keluar banyak biaya. Dari situ aku belajar, ternyata kreativitas jauh lebih berharga daripada sekadar membeli sesuatu yang cepat bosan.

3. Keberanian Melawan Tekanan Sosial

Jujur, kadang berat juga ketika melihat orang lain mengikuti tren, membeli barang mewah, atau memberi anak sesuatu yang serba baru. Tapi aku belajar untuk berani berkata: nggak apa-apa kalau kami berbeda. Karena pada akhirnya, nilai hidup sederhana yang ingin aku tanamkan pada anak jauh lebih penting daripada sekadar ikut-ikutan.

Belajar Hidup Sederhana Lewat Frugal Parenting

Menjadi orang tua perlahan mengubah caraku memandang banyak hal, termasuk soal uang dan kebutuhan. Dulu, aku sempat berpikir bahwa membahagiakan anak berarti memenuhi segala keinginannya mainan baru, barang lucu, atau hal-hal yang sedang tren. Tapi seiring waktu, aku mulai lelah, bukan hanya secara finansial, tapi juga emosional. Dari situlah aku mulai mengenal dan menjalani frugal parenting.

Frugal parenting bukan sekadar soal berhemat atau menekan pengeluaran. Bagiku, ini adalah perubahan cara pandang dalam mendidik anak. Tentang memilih pengalaman dibandingkan barang, tentang menciptakan kenangan alih-alih menumpuk kepemilikan. Aku belajar bahwa kebersamaan, perhatian, dan kehadiran sering kali jauh lebih berharga daripada sesuatu yang bisa dibeli.

Inti dari frugal parenting adalah menanamkan kesederhanaan dan rasa syukur sejak dini. Mengajarkan anak bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari hal-hal mahal. Justru, momen kecil seperti membaca buku bersama, membuat mainan dari barang bekas, atau menghabiskan sore dengan obrolan sederhana sering kali meninggalkan kesan yang lebih dalam. Dari situ aku semakin yakin, kebahagiaan sejati tidak diukur dari harga, tetapi dari makna.

Namun, menjalani frugal parenting tentu bukan tanpa tantangan. Dibutuhkan kesabaran karena anak tidak langsung memahami nilai hidup sederhana. Ada proses panjang yang harus dilalui, di mana konsistensi menjadi kunci. Sedikit demi sedikit, anak belajar bukan dari nasihat panjang, tapi dari contoh yang mereka lihat setiap hari.

Aku juga dituntut untuk lebih kreatif. Alih-alih membeli, aku belajar menciptakan pengalaman. Mencari cara agar anak tetap merasa bahagia dan dihargai tanpa harus selalu mengeluarkan uang. Ternyata, di sanalah aku menemukan bahwa kreativitas orang tua sering kali menjadi hadiah terbaik bagi anak.

Tantangan lainnya datang dari luar. Tekanan sosial, perbandingan, dan tuntutan untuk selalu mengikuti tren kadang membuat ragu. Ada momen ketika aku bertanya pada diri sendiri, “Apakah aku sudah cukup untuk anakku?” Tapi aku belajar untuk berani berdiri pada pilihanku. Hidup sederhana memang tidak selalu sejalan dengan standar sosial, tapi nilai yang ingin kutanamkan jauh lebih penting daripada sekadar pengakuan.

Pada akhirnya, frugal parenting mengajarkanku bahwa membesarkan anak bukan tentang seberapa banyak yang bisa kita berikan secara materi, melainkan seberapa dalam nilai hidup yang bisa kita tanamkan. Tentang membesarkan anak yang tahu bersyukur, menghargai proses, dan menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil yang bermakna.

0 Response to "Refleksi Seorang Ibu, Mengapa Frugal Parenting Membuat Hidup Lebih Tenang"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel