Kamu Hobi Belanja Online? Ini yang Harus Kamu Ketahui Dampaknya pada Lingkungan

Siapa di sini yang selalu menanti datangnya tanggal-tanggal cantik?

Bukan untuk menentukan hari jadian atau hari pernikahan. Tapi buat berburu gratis ongkir di marketplace. Hehe.

Zaman sekarang banyak sekali kemudahan yang bisa kita rasakan ya. Ketika teknologi makin maju ada banyak sekali kemudahan yang kita rasakan. Salah satunya tentang dunia perbelajaan aliyas shopping. Kalau dulu yang namanya mau beli sesuatu ya harus pergi ke pasar atau ke toko. Tapi kalau sekarang, duduk di rumah bahkan sambil tiduran pun bisa beli barang apa saja yang kita mau lewat marketplace.

Sudah tidak perlu pergi kemana-mana, banyak gratis ongkir pula. Makin-makin ya enaknya. Tapi tahu nggak sih guys, kalau hobi belanja online ini juga memberikan dampak buat lingkungan?

Belanja Online dan Dampaknya Pada Lingkungan

Kenapa Hobi Belanja Online Berdampak pada Lingkungan?

Kamu ngerasa kan kalau cuaca hari ini makin panas? Bahkan selain panas cuaca juga makin nggak menentu. Misalnya tiba-tiba mendung terus turun hujan, setelah itu bisa panas terik. Hal itu terjadi karena sudah banyak pelepasan karbon ke atmosfer. Akhirnya atmosfer bumi kita ini diselimuti polusi deh.

Wajar kalau bumi jadi makin panas. Kadang panasnya nggak selalu berasal dari matahari kan. Tanah yang kita injak juga mengeluarkan suhu panas. Itu sih yang aku rasakan dan aku amati. Terus apa hubungannya sama hobi belanja online?

Jadi gini guys, kalau kita belanja online. Otomatis kita pakai ekspedisi. Barang yang kita beli lewat marketplace kan nggak ujug-ujug datang dari langit setelah kita pesan. Kita lewat ekspedisi, terus nanti kurir datang mengantar paket kita ke rumah.

Sementara perjalanan ekspedisi membutuhkan bahan bakar. Kendaraan ekspedisi itulah yang menambah emisi karbon. Kemudian ketika kita belanja online penjual pasti mengemas barang yang kita beli dengan rapi. Supaya tidak rusak selama perjalanan. Kemasannya kebanyakan pakai plastik bahkan ekstra plastik supaya tetap aman selama perjalanan jauh.

Sementara plastik merupakan sampah yang sulit didaur ulang. Ketika kita sering belanja online, maka makin banyak plastik kemasan yang kita hasilkan. Makin berat juga proses pendaur-ulangannya. Ketika plastik sudah makin bertumpuk tentu akan berdampak pula pada lingkungan. Begitulah logikanya kenapa hobi belanja online berdampak pada lingkungan. 

Tapi kan enak belanja online? Belanja online juga bisa menggerakkan ekonomi? Kalau kita nggak belanja kasian kan penjualnya?

Bagaimana Supaya Belanja tapi Tetap Peduli pada Lingkungan?

Saya sendiri sebenarnya tidak mengharamkan belanja online. Hanya saja, coba kita pertimbangkan sebelum membeli suatu barang di marketplace. Barangkali, kita bisa coba pikirkan apakah barang tersebut dijual di toko yang dekat dengan tempat tinggal kita.

Kalau memang benar-benar tidak ada yang menjual. Baru kita pesan secara online. Usahakan memilih penjual yang ramah lingkungan juga. Karena biasanya toko-toko yang ramah lingkungan menggunakan kemasan yang ramah lingkungan juga.

Berikut Tips Belanja tapi Tetap Peduli pada Lingkungan yang bisa kita praktikkan sehari-hari.

1. Utamakan Belanja Barang Lokal

Ketika kita belanja barang atau segala kebutuhan pada padagang lokal. Tentu kita juga turut menggerakkan ekonomi lokal. Selain itu, jejak karbon yang tertinggal juga bisa lebih sedikit karena kita hanya menghabiskan bahan bakar yang tidak banyak.

Sudah sejak menjadi anak kosan, saya selalu belanja di pasar tradisional. Ketika membeli sayuran atau buah. Saya pilih yang lokal. Selain karena harganya lebih ramah di kantong, kita juga bisa mendukung ekonomi lokal.

Satu hal yang paling membahagiakan adalah ketika belanja pada mbah-mbah yang kebanyakan adalah perempuan. Mereka menjual aneka buah seperti pisang, kedondong, nanas, jambu kristal, sawo dan lain-lain yang sebagian besar pasti hasil bumi lokal. Mereka akan tersenyum bahagia ketika kita membelinya. Bahagia sekali bisa memberikan kebahagiaan kecil ini pada perempuan-perempuan penggerak ekonomi lokal.

2. Bawa Kantong Belanja Sendiri

Masih ingat tidak dengan kebiasaan ibu yang dahulu selalu bawa sangkek (tas belanja) waktu pergi ke pasar. Saya ingat sekali. Bahkan sampai sekarang, ibu saya masih membawa sangkek itu ketika pergi ke pasar. Hal itu selalu mengingatkan saya akan kenangan masa kecil.

Demikian juga sekarang, saya juga selalu membawa kantong belanja sendiri waktu pergi ke pasar atau tempat belanja lainnya. Meskipun bentuk tasnya sudah berbeda. Tapi ada satu kebanggaan tersendiri tentang kebiasaan yang mengingatkan pada kenangan masa kecil. 

Selain itu, kebiasaan membawa kantong belanja sendiri juga dapat membantu meminimalisir sampah plastik. Sampah plastik sulit didaur ulang.  Sehingga kita harus berusaha meminimalisir agar tumpukan sampah plastik tidak semakin menggunung.

3. Naik Transportasi yang Ramah Lingkungan Saat Belanja

Naik transportasi yang ramah lingkungan juga menjadi sesuatu yang mengingatkan kita dengan kenangan masa kecil. Dulu, sebagian besar dari kita mungkin tidak punya kendaraan sendiri. Adapun mungkin hanya sepeda.

Kalau hendak pergi kemana ya naik sepeda. Lebih jauh sedikit naik kendaraan umum. Meskipun berdesak-desakan. Naik kendaraan umum juga bisa menjadi aktivitas yang ramah lingkungan. Karena bisa mengurangi penggunaan bahan bakar yang menghasilkan polusi.

Makanya sekarang, yuk coba lagi naik transportasi ramah lingkungan waktu belanja. Bisa naik sepeda atau naik angkot. Sembari mengenang masa kecil, sembari belanja tapi tetap peduli lingkungan nih.


Pentingnya Belajar Ekonomi Hijau Buat Kamu Sebagai Pembeli Maupun Penjual

Pernah dengar nggak istilah ekonomi hijau?

Saya sendiri pertama kali dengar soal ekonomi hijau waktu masih kuliah. Ketika itu, kebetulan ikut seminar ekonomi yang diadakan oleh jurusan lain. 

Sepemahaman saya, ekonomi hijau adalah ekonomi yang berkelanjutan. Artinya setiap proses ekonomi tidak menyisakan sampah yang tidak dapat didaur ulang.

Kalau melansir dari Kementerian ESDM, Green economy atau ekonomi hijau adalah suatu gagasan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan sosial masyarakay, sekaligus mengurangi risiko kerusakan lingkungan secara signifikan.

Ekonomi hijau juga dapat diartikan sebagai perekonomian yang rendah atau bahkan tidak menghasilkan emisi karbondioksida terhadap lingkungan, hemat sumber daya alam dan berkeadilan sosial.

Belakangan, di usia 20an ini saya belajar juga tentang pengelolaan keuangan. Masa-masa menata karir dan berjuang bagaimana mendapat penghasilan tambahan.

Selain bekerja sebagai pendidik dan tenaga kependidikan. Saya juga belajar berjualan kecil-kecilan. Perjalanan belajar usaha itu kerap bertentangan dengan isu lingkungan yang juga saya geluti dan sukai

Saya berpikir dan mulai belajar tentang ekonomi hijau ini. Dengan belajar ekonomi hijau saya bisa menyatukan apa yang sedang ingin saya raih dan nilai-nilai peduli lingkungan yang selama ini saya anut juga.

Saya jualan madu hutan. Mencari madu hutan jadi salah satu pekerjaan tetangga saya di kampung, salah satu dari mereka bahkan teman SMP saya. Menurut saya madu hutan merupakan hasil lokal yang perlu ditingkatkan penjualannya agar mendukung ekonomi lokal. Dengan begitu mereka yang mencari madu di hutan juga terbantu jika penjualannya lancar. Kalau kalian berminat mengonsumsi madu hutan bisa langsung DM di Instagram @_ergi store ya.

Saya juga jualan pembalut kain yang dapat dipakai kembali. Sebagai bentuk aksi nyata bersama bergerak berdaya. Pengalaman memakai pembalut kain dari awal mendapatkan menstruasi membuat saya ingin menularkan kebiasaan ini kepada yang lain. Saya merasakan manfaat ekonomi dan kebanggaan karena sudah berkontribusi menjaga lingkungan.

Itulah beberapa hal yang bisa saya usahakan sebagai orang yang baru saja merintis usaha dalam menerapkan ekonomi hijau. 

Namun, tidak hanya penjual saja yang dapat menerapkan ekonomi hijau ini. Pembeli juga bisa belajar dan menerapkan ekonomi hijau dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membeli produk lokal dan selalu membawa kantong belanja sendiri juga bisa menjadi aksi nyata dalam menerapkan ekonomi hijau. 

Berkontribusi merawat lingkungan bisa jadi hal yang melelahkan. Tapi kalau kita suka menjalaninya akan banyak hal baru yang kita temukan. Menemukan hal baru seperti itu membuat hati besar, bangga, dan menjadikan aktivitas ini menjadi hal yang membahagiakan. Bahkan bis jadi healing di tengah padatnya kesibukan.

Yuk ikutan challenge #BersamaBergerakBerdaya dengan membuat video reels tentang Team Up for Impact Every day ada beragam hadiah menarik, lho!

19 Responses to "Kamu Hobi Belanja Online? Ini yang Harus Kamu Ketahui Dampaknya pada Lingkungan"

  1. Nahhh iyaaa, iming2 free ong tuh bikin emak2 jadi buru2 CO yhaa kannn. Cukup mager di rumah eh barangnya dateng. Padahal di balik semua itu ada dampak negatif buat lingkungan. Udah deh emang bener beli lokalan aja, trus bawa tas sendiri biar kaga nambah plastik.

    ReplyDelete
  2. iya galau bet kalau liat bubble bekas belanja paket itu dikemanain y Mbak..jadi sebisa mungkin aku ga minta bubble apalagi kalau pake gosend ngirimnya. kecual pecah belah ya

    ReplyDelete
  3. jujur saya baru ngeh kalo hobi belanja online itu bisa memberikan dampak buruk pada lingkungan. ternyata dari kemasan nya yang emang suka dobel2 gitu buat ekstra proteksi ya. bubble wrap, pastik dsb. Alhamdulillah sedikit banyak saya udah mulai membiasakan bawa kantong belanja sendiri dan pake mens pad. mudaha2an kita semua bisa berproses sama2 ke arah lebih baik dalam menjaga lingkungan sekitar ya.

    ReplyDelete
  4. Jujur saya masih suka pakai kantong plastik. Memang kesadaran untuk melestarikan lingkungan perlu dibangun dari dalam diri sendiri

    ReplyDelete
  5. Kalau bawa kantong sendiri sudah saya lakukan dan terbiasa sekarang. Untuk jarak dekat ke minimarket atau warung kelontong, saya prefer memilih jalan kaki. Semoga langkah sederhana ini bisa membantu bumi tetap hijau.

    ReplyDelete
  6. Huhuhu, bener banget. Dibalik freeong ada jejak karbon yg banyak untuk 1 paket doank. Akhir2 ini nafsu belanja online ku meredup klo mikirin carbon footprint ini Mba

    ReplyDelete
  7. Balanja online emang menggiurkan ada free ongkir tapi perlu juga pilih barang yang dibeli jangan asal murah sih, produk lokal diutamakan aku sepakat.

    ReplyDelete
  8. Belanja online seru ya Kak apalagi kalau diskon. Btw, emang enaknya pakai pembalut kain nih juga menjaga lingkungan.

    ReplyDelete
  9. Memang belanja online itu beneran adiktif. Soalnya praktis dan banyak diskon gratis ongkir padahal banyak jejak karbon dan penggunaan plastik berlebihan sebagai efeknya

    ReplyDelete
  10. Iya sih, setiap kali paket sehabis belanja online itu datang, mendadak nambah deh tuh sampah plastik dam kardusnya. Walhasil jadi banyak juga nih sampah anorganik mingguan yang perlu dipilah sebelum disetor ke tempat daur ulangnya.

    ReplyDelete
  11. Kalau aku di rumah, kardus dan plastiknya dikumpulkan di depan rumah Bu RT. Kami warga sepakat demikian dan akhirnya di bawa ke tempat yang membutuhkan produksi barang dari bekas kardus dan plastik itu

    ReplyDelete
  12. wah iya ya, kesinambungan belanja online sampai produk kita terima ternyata membawa banyak dampak negatif. Cuma jadi simalakama ya ternyata ka, satu sisi pingin juga bantu UMKM dari kejauhan. Heheh

    ReplyDelete
  13. . Memang agak sulit jika gak dimulai dari sekarang, bukan?

    ReplyDelete
  14. makasih banyak kak, aku nih yang masih suka belanja online soalnya ada bayik jadi kemana2 gak fleksible, belanja online jadi pilihan dan harus bijak nih

    ReplyDelete
  15. Eh iya eh..
    Kenapa semakin ke sini semakin bahagia kalo abis co ya..?

    Apalagi kini berbagai platform online berlomba-lomba ada acara live streaming yang memungkinkan orang jadi Impulsive buying.
    Hiks~

    Ternyata ada banyak jejak karbon yang dihasilkan setelah belanja online.

    ReplyDelete
  16. Belanja online bisa menghasilkan banyak sampah plastik dan jejak karbon ya mbak
    Harus mulai bijak saat belanja online nih

    ReplyDelete
  17. Kalo belanja online bungkusnya itu lho yang bikin nambah sampah plastik di rumah..
    Better emang belanja produl lokal di pasar tradisional

    ReplyDelete
  18. yes, aku udh Bawa tas belanja sendiri kemana-mana. Pun pilih bahan bakar oktan tinggi, supaya relatif lebih Ramah lingkungan

    ReplyDelete
  19. aku sendiri sekarang ini berusaha membawa kantong belanjaan sendiri, jadi lebih hemat juga kalau ke minimarket.
    Wahh aku dulu sering belanja online mbak, ternyata membawa dampak yang nggak baik buat lingkungan ya.

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel