Tisu, Obat, dan Peluk: Curhatan Emak-Emak Saat Anak Sakit
![]() |
Foto hanya pemanis |
Udah lima hari Mufi pilek disusul batuk yang cukup menganggu tidurnya. Kalau siang lumayan rewel dan mintanya gendong terus. Sekarang Mufi udah 14 bulan. Hidungnya mbeler terus dan aku herannya udah lima hari tapi umbelnya masih bening aja. Jujur aku sekarang cukup overthingking. Karena kayaknya ini bapil yang paling parah dari yang sebelum-sebelumnya.
Mana kalau dilap pakai tisur atau pakai sedotan umbel dia langsung tantrum menjadi-jadi. Aku sedih dan frustasi banget rasanya. Hari-hari dengerin tangisan anak. Kemarin aku sempat emosi dan marahin dia. Rasanya aku mix feeling antara kasian dan tubuhku juga lelah.
Suamiku bilang untuk terus sabar dan coba memahami rasa sakit anak. Tapi ya inilah aku si ibu amatir yang sumbu pendek. Aku nangis ngerasa semuanya benar-benar bikin jengkel. Meskipun begitu aku masih bersyukur punya suami yang bersedia membantu merawat anak sakit. Mencoba merayu anak untuk makan barang satu dua suap.
Mufi juga lagi susah makan udah sekitar tiga hari. Kayaknya mau tumbuh gigi juga bagian geraham karena hari-hari dia gigitin jari terus. Kalau dia susah makan gini aku pasti uring-uringan tingkat dewa, karena efeknya dia jadi pengen nenen terus. Kalau nenen terus rasanya putingku perih dan bisa-bisa lecet kayak sebelumnya.
Udah sekitar tiga hari aku coba berkreasi menu biar Mufi mau makan. Tapi hasilnya mengecewakan. Mungkin tumgi kali ini memang benar-benar menganggunya. Gongnya tadi malam aku buat lumpia basah yang kulitnya aku buat dari telur dan sedikit tepung serba guna. Sementara isiannya kentang dan wortel. Tapi tetap aja Mufi gak mau makan setelah satu suapan. Aku udah pasrah aja.
Ayah berusaha bantu handle Mufi dan alhamdulillah dia mau makan nasi aja sama ayah sekitar lima suapan. Hari ini ayah harus lembur jadi aku bersiap menabung sabar untuk nemenin Mufi yang lagi bapil. Aku udah coba masak perkedel pakai abon tadi pagi. Semoga dia mau makan biar perutnya keisi.
Tadi pagi sempat drama waktu aku minumin obat dia malah tantrum luar biasa. Akhirnya sirup itu masuk ke hidungnya dan banyak yang nggak tertelan. Rasanya greget, lelah dan merasa putus asa kalau anak sudah sakit begini. Aku sendiri juga harus ekstra jaga kesehatan, supaya nggak ikut tumbang.
Kalau aku ikut tumbang pasti lebih melelahkan momong sambil meriang. Ini obat dari bidan udah hampir habis tapi Mufi belum menunjukkan tanda-tanda kesembuhan. Aku berharap bapilnya segera sembuh supaya nggak ada pengobatan lanjutan. Karena lelah juga berjuang minumin obat tapi anaknya selalu tantrum begini.
Aku menyadari sebelum gejala ini, dua kali ngajakin Mufi nyore naik motor agak jauh. Ketemu debu lumayan banyak. Mana sekarang udah memasuki musim kemarau. Waktu aku sharing di threads banyak yang bilang mungkin anakku alergi debu. Aku pikir bisa jadi sih karena lumayan kena debu dan polusi. Terus ada juga yang nyaranin buat berjemur atau konsumsi vitamin D.
Aku berusaha ngajakin Mufi berjemur beberapa hari ini. Tapi emang selama ini aku belum pernah kasih vitamin D dalam bentuk suplemen ke Mufi. Kami masih terus mengupayakan yang alami-alami dulu. Kayaknya baru vitamin A dari posyandu yang di konsumsi Mufi pas bulan Februari itu.
Jujur ngeliatin anak bapil rasanya sedih banget. Mana dia belum bisa ngomong apa yang dirasain. Semoga Mufi cepat sembuh dan ceria lagi ya nak. Kalau kalian punya saran mengatasi anak yang bapil, boleh tulis di kolom komentar ya!
Nak, mungkin kamu akan lupa momen bapil ini. Tapi bunda ingin menolak lupa. Semoga kamu mau memaafkan bunda yang amatir ini. Yang kurang sabar menemani rasa tidak nyamanmu karena bapil ini.
Setiap napasmu yang berat melawan cairan bening di dalam hidung. Percayalah bunda selalu merasa bersalah. Karena tidak memperhatikan lingkungan yang berdebu. Sehingga membiarkanmu lama-lama menghirupnya.
Maafkan bunda yang tidak cukup halus mengusap tisu untuk mengelap ingusmu. Kamu sangat tidak nyaman. Tapi bunda ingin kamu lebih nyaman beraktivitas tanpa terganggu ingus saat bernapas. Bunda berusaha mengajarimu "sisi" supaya ingusmu keluar. Tapi memang dirimu belum bisa melakukannya.
Maafkan bunda yang memaksamu untuk makan, makan dan makan. Karena bunda tidak ingin kamu kehilangan banyak berat badan. Bunda hanya ingin kamu sehat, segar dan ceria seperti sedia kala. Semangat berjuang melawan virus ini dan sehat kembali ya nak. :''')))
Aku makin percaya kalau pasangan yang bisa berbagi peran lebih berharga dari apapun apalagi saat anak sakit begini. Aku bersyukur punya suami yang mau bergantian melakukan kerja-kerja pengasuhan saat anak sakit.
Ternyata, walaupun hidup di tengah-tengah masyarakat patriarki, relasi setara itu bisa diupayakan.
0 Response to "Tisu, Obat, dan Peluk: Curhatan Emak-Emak Saat Anak Sakit"
Post a Comment