Cerita Mufi : Pengen Makan Kepala Lele


Sudah jadi kebiasaan Mufi, kalau ada orang lagi makan pasti dia lapar mata, aliyas pengen makan juga. Kadang aku sampai jengkel, karena baru saja aku suapin dia tidak mau, giliran Mbah atau kakaknya lagi makan disuapin dia langsung "hak hak" atau bilang "auuuk (artinya mau."

Kali ini kejadiannya waktu Kakak iparku lagi nyuapin anak-anaknya. Mereka memang biasa makan kembulan atau barengan satu piring. Kalau orang Jawa bilangnya bathu. Mufi tidak mau ketinggalan langsung minta disuapin sama budenya itu. Tapi masalahnya, anak-anaknya kakak iparku yang satu ini nggak suka kalau makannya bathu sama yang bukan saudara kandungnya. Lagipula mereka juga makan pakai terong balado dan cumi asin. Mufi pasti tidak mau juga karena pedas. 

Akhirnya aku mengambil piring makanannya Mufi yang tadi tidak habis. Menunya lele goreng dengan nasi yang disiram kuah santan. Dan sudah jadi kebiasaan juga Mufi kalau makan sama Bundanya, suka pengen makan sendiri. Kalau menunya telur saya biarkan dia mencomot sendiri makanannya, masalahnya ini ikan yang belum ditetelin. Masih utuh lengkap dengan kepala dan duri-durinya. 

Karena ngeyel, akhirnya saya kasih kepala Lelenya dan meminta Mufi untuk memberikan kepala lele itu pada kucing. Niatnya supaya dia teralihkan dan tidak pegang-pegang lauknya sendiri. Tapi tanpa disangka dia malah memasukkan kepala lele itu ke mulutnya sendiri. Ibu mertuaku aliyas Mbahnya Mufi pun cukup panik melihat itu. 

"Heh kok dipangan, lek keleleken piye kui?"
"Heh kok dimakan kalau tersedak bagaimana itu?"

Awalnya aku masih santai karena mikirnya cuma diemut-emut aja sama Mufi. Tapi lama-lama dia bisa menggigit kepala itu sampai bunyi kress. Sebenarnya geraham bagian kirinya sudah tumbuh atas-bawah. Tapi aku lumayan khawatir karena biasanya dia makan menggunakan geraham kanan. 

Setelah tau sudah ada potongan bagian kepala yang masuk mulutnya Mufi. Aku pun meminta paksa kepala lele yang masih ada di tangannya. Apa yang terjadi? Yak sesuai harapan netizen. Mufipun tantrum. Yang lebih mengejutkan lagi, dia menunjukkan gaya tantrum baru. Dia tengkurap dan menggosokkan badannya itu ke lantai. 

Ibu mertua saya heran sekaligus tertawa. 

"Hehhh, Saiki kok ngono kui lek nesu?"
"Hehhh, sekarang kok seperti itu marahnya?"

Dia mengancam akan menyiram Mufi dengan air kalau masih terus tantrum. Tentu dengan nada tidak serius. Sementara aku berusaha membujuk agar Mufi mengeluarkan potongan kepala lele yang sudah terlanjur masuk di mulutnya. Tapi Mufi bersikeras tidak mau. Aku ingin memasukkan tanganku ke dalam mulutnya, tapi aku ragu. Karena sudah pernah melakukan hal yang sama dan berujung jariku digigit sampai rasanya mau patah. Sakit bukan main. 

Setelah itu dia mukanya sedikit merah. Sepertinya karena menelan potongan kepala ikan lele itu. Tapi tidak menangis. Jujur aku sebenarnya cukup khawatir. Tapi Mufi masih tantrum dengan posisi tengkurap karena bujukanku tadi. Ibu mertuaku langsung berseloroh.

"Gek nuron sopo nesune ngono kui?"
"Itu kayak siapa kalau marah seperti itu?"

Sebenarnya aku sering berpikir kalau cara Mufi marah itu mirip aku. Walaupun tidak seratus persen. Tapi gaya marahnya aku pikir mirip denganku. Tapi ibu mertuaku mengingat-ingat dulu anaknya juga ada yang kalau ngamuk tengkurep seperti itu. 

"Opo Aan opo Yuyun Yo, nek nesu yo ngono kui?"
"Apa Aan apa Yuyun ya, kalau marah kayak gitu?"

Sontak kakak iparku yang belum selesai menyuapi anaknya itu menimpali.

"Aan berarti Mak"

Aku pun ikut tertawa. 

0 Response to "Cerita Mufi : Pengen Makan Kepala Lele"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel