Pengepungan di Bukit Duri: Film Tentang Trauma, Pencarian, dan Kekerasan di Sekolah

Waktu buka aplikasi Prime Video, Film Pengepungan di Bukit Duri ternyata trending #1. Aku jadi penasaran sebagus apa filmnya. Walaupun aku kurang suka genre thriller. Awalnya juga aku mikir film ini tuh film horor. Secara Joko Anwar sering garap film horor. Jadinya aku ngajak suamiku buat nonton bareng karena kalau lagi pengen nonton film yang menakutkan aku biasanya ngajak dia. 

Film yang ditulis dan disutradarai Joko Anwar ini dibuka dengan peristiwa kerusuhan tahun 2009 dengan menjarah toko-toko milik Tionghoa. Jujur bagian ini sangat memicu traumatisku. Walaupun aku buka etnis Tionghoa, belum lama ini aku membaca novel dengan latar cerita serupa. Sebagai perempuan sangat menyakitkan membayangkan hal-hal semacam itu.

Seketika narasi yang pernah kubaca di novel itu tergambar jelas pada pembukaan Film Pengepungan di Bukit Duri ini. Bagaimana orang-orang membakar toko-toko yang pemiliknya China dan mengamuk pada setiap individu yang secara visual identik dengan China. Seperti sedang memburu hewan di hutan. Tragis sekali.

Sinopsis Film Pengepungan di Bukit Duri

Cerita Film fokus pada Edwin, anak laki-laki Tionghoa yang berjuang untuk berdamai dengan trauma masa lalu. Kehilangan orang tua, jatuh miskin, dan hidup bersama Kakaknya, Cici yang korban kekerasan seksual. Edwin melamar kerja di SMA Duri. Stigma yang melekat pada darah China-nya membuat Kepala Sekolah ragu menerima Edwin.

Sekolah itu digambarkan sebagai sekolah yang rusuh. Muridnya bandel-bandel. Guru tidak dihargai. Kerjaan mereka tawuran. Masih sensitif juga dengan rasisme. Sebenarnya di dunia nyata ada juga sekolah seperti ini. Aku jadi ingat salah satu sekolah yang ada di daerah kami, Sumatera. Guru-gurunya tidak berani tegas pada murid karena beberapa kali kasus, ketika murid diingatkan dengan sedikit tegas, malah gurunya mendapat ancaman bahkan dibawakan golok.

Selain mengajar, Edwin juga punya misi lainnya di sekolah itu. Makanya dia tetap bertahan walaupun frustasi menghadapi murid yang super duper jahanam. Misi itu masih berkaitan dengan trauma masa lalunya. 

Jefri merupakan pentolan geng nakal di SMA Duri. Sikapnya beringasan dan ini jadi tantangan besar untuk Edwin. Dari matanya, tersirat Jefri menyimpan banyak luka sehingga kenapa dia jadi sangat beringasan seperti itu. Aku jadi ingat waktu masih jadi guru, anak-anak yang nakal di sekolah biasanya punya masalah di rumah. Seperti orangtuanya yang sering bertengkar, tidak mendapat perhatian yang cukup dan berasal dari keluarga perceraian.

Perkawinan Sejarah Kerusuhan dan Realitas Kelam Sekolahan

Dua isu ini memang sangat menarik dan relevan. Apalagi sempat ada wacana penulisan ulang sejarah yang konon peristiwa pemerkosaan masal yang terjadi pada era itu akan dihapus. Karena tidak cukup bukti. Ini jadi relevan sekali untuk didiskusikan. Walaupun di film ini tidak banyak digambarkan trauma korban pemerkosaannya. Tapi setidaknya orang yang menonton film ini jadi aware sama isu kerusuhan yang jadi trauma terbesar etnis Tionghoa itu.

Sekolah sebagai tempat anak-anak dibentuk karakternya ternyata tidak terhindar dari budaya rusuh dan kriminalitas. Tanpa bicara level ekonomi, zaman aku masih SMA, cerita tawuran sangat masif terdengar. Apalagi di kota-kota besar. Mereka seperti buta hukum dengan melakukan apasaja padahal percikan api awalnya karena hal yang sepele.

Sebagai orang yang kuliah ilmu pendidikan kadang mikir keras bagian mananya yang salah, kenapa anak-anak bisa seperti monster. Kalau mau merenung lebih jauh, tujuan pendidikan memang harus dicapai bersama tidak hanya guru dan istitusi pendidikan saja. Melainkan juga orang tua dan pendidikan nonformal di rumah juga sangat penting. 

Makanya ungkapan Afrika itu benar sekali.

 "butuh satu kampung untuk membesarkan seorang anak" 

Artinya proses membesarkan dan mendidik anak tidak bisa hanya dibebankan pada orang tua atau guru saja, melainkan membutuhkan keterlibatan seluruh komunitas. Peribahasa ini menegaskan bahwa  perkembangan karakter dan keberhasilan seorang anak sangat dipengaruhi oleh dukungan bersama dari masyarakat di sekitarnya.

Suguhan Sinematografi

Nuansa sekolah yang kelam terasa cukup untuk cerita dan alur yang sangat fokus. Tidak ada distraksi yang berarti. Makanya ada yang bilang penulisannya sangat rapi. Karena waktu nonton kita langsung fokus dan penasaran sama satu hal. Backsoundnya juga proporsional nggak terlalu berlebihan karena ceritanya sendiri sudah kuat. Nuansa menegangkannya dapet banget dari awal sampai akhir cerita. 

Kelebihan Film Pengepungan di Bukit Duri

Film ini sangat berani mengangkat isu-isu sensitif seperti pemerkosaan dan kekerasan remaja. Penulisannya yang rapi membuat penonton juga fokus dan penasaran sama premis yang dibangun. Penggambaran emosi setiap pemainnya juga keren banget. Kalau makin banyak orang yang nonton film ini, mungkin makin banyak orang yang aware terhadap peristiwa kerusuhan itu. Sehingga makin banyak yang berempati pada mereka korban kekerasan seksual.

Kekurangan Film Pengepungan di Bukit Duri

Sebagai orang yang bukan pecinta genre thriller, rasanya memang banyak adegan yang terasa gelap dan bikin trauma. Tapi mungkin bagi pecinta thriller ini memang yang diharapkan. Bagian penceritaan trauma korban pelecehan seksualnya kurang banyak. Jadi kurang menggambarkan kondisi banyak korban. Mungkin karena sutradara dan penulisnya laki-laki jadi masih belum mewakili.

Film Pengepungan Bukit Duri, Worth It Ditonton?

Menurutku film ini worth it banget ditonton. Karena banyak banget pesan moral yang bisa kita ambil. Dan pengalaman menonton yang super menegangkan. Bagi pecinta genre thriller langsung merapat, karena ini jadi yang kalian tunggu-tunggu. Ada banyak refleksi tentang trauma, kerusuhan dan pergaulan remaja yang masih terus relevan. Dan apakah Edwin berhasil menyelesaikan misi awalnya masuk di SMA Duri itu? Langsung saksikan sendiri di Prime Video.

Judul Film : Pengepungan di Bukit Duri

Sutradara : Joko Anwar

Pemain :  Morgan Oey; Omara Esteghlal; Hana Malasan; Endy Arfian; Fatih Unru

Durasi : 1 Jam 58 Menit

Tahun Tayang : 2025

Genre : Thriller

Jaringan : Prime Video

Pereview : Ririn Erviana


0 Response to "Pengepungan di Bukit Duri: Film Tentang Trauma, Pencarian, dan Kekerasan di Sekolah"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel