Resensi Novel Ingatan Ikan-ikan Karya Sasti Gotama

dokumentasi pribadi

Seperti judulnya, sebagian besar novel ini membahas tentang ingatan tokoh-tokohnya. Baik tentang upaya menghilangkan ingatan maupun upaya merawat ingatan untuk melawan kekuasaan dan ketidakadilan. Cerita dalam Novel Ingatan Ikan-ikan berasal dari tiga sudut pandang, tokoh B, Ombak, dan Lian Wen.

Membawa latar belakang kerusuhan sembilan delapan, Sasti Gotama meramu kisah dari sudut pandang perempuan Tionghoa yang memiliki trauma mendengar suara tawa sebagai penyintas pelecehan seksual. Kemudian, Ombak yang memiliki trauma dengan kantong plastik hitam dan aroma arang. Novel ini semakin menarik karena memadukan science-fiction berupa penatu binata. Sebuah penatu yang tidak hanya melayani pencucian pakaian tapi juga pencucian ingatan.

Bagi Lian dan Ombak menghapus ingatan adalah upaya menyembuhkan trauma dari peristiwa tragis yang menyakitkan. Saya merasakan kehalusan ritme konflik yang dibangun penulis dari awal bab hingga puncak. Mulai dari kehidupan Ombak sebagai orang biasa dengan ekonomi level bawah pada era 1998, kehidupan Lian seorang gadis keturunan Tionghoa yang sehari-hari sekolah dan membantu ayahnya di toko. Hingga peristiwa penjarahan toko-toko China di era itu telah menoreh luka yang teramat dalam bagi Lian, Ombak dan B. Jika novel-novel dengan tema serupa berusaha mengangkat kisah seorang aktivis, lewat novel Ingatan Ikan-ikan ini, Sasti Gotama menghadirkan tokoh dari kalangan biasa, bahkan pemuda dengan kehidupan di level bawah seperti Ombak.

Penulis juga memadukan mitos tentang Ikan Mas Koki yang memiliki ingatan pendek, membuat novel ini semakin prestisius dengan detail-detail kecil yang bermakna untuk keseluruhan cerita. Konon, ada mitos tentang Ikan Mas Koki yang memiliki ingatan sangat pendek. Tapi Lian, sebagai tokoh utama punya pendirian yang tidak langsung percaya pada mitos. Sebagai dokter hewan, Lian paham bahwa Ikan Mas Koki merupakan pengingat yang andal. Istilah-istilah psikologi dan kedokteran diramu dengan sederhana tanpa memusingkan pembaca awam, sehingga membuat penasaran tentang terminasi ceritanya. 

“Lian teringat Ombak, teringat perempuan tua itu, teringat dirinya sendiri dan ribuan orang yang bersentuhan dengan sejarah muram dan membawa ingatan buruknya masing-masing. Mereka tak ubahnya ikan mas koki yang tersiksa oleh kutukan ingatan-ingatan”

Sasti menggunakan alur maju mundur, antara era 1998 dan 2006-2007, serta menjadikan tokoh B sebagai narator selingan yang penuh misteri. Saya merasakan banyak sekali emosi ketika membaca novel ini, mulai dari semangat meraih cita-cita, perasaan hangat karena jatuh cinta, kengerian karena tawa manusia, dan kesedihan yang tak berkesudahan. 

Cinta yang membara memang bisa menyembuhkan trauma tapi pada akhirnya diri sendiri tetap berjuang merawat ingatan yang jahanam itu demi keadilan. Inilah gambaran trauma yang mendera para korban kerusuhan 1998 yang selama ini terasa sunyi. Mereka ingin menghapus semua ingatan buruk yang menyakitkan, tapi harus berjuang merawat ingatan itu jika menginginkan keadilan. Karena bukti terakhir yang tersisa adalah ingatan itu sendiri. 

Dampak trauma psikologis kedua tokoh utamanya tergambar dengan jelas pada perubahan emosi dan gerak geriknya mengatasi trauma. Lewat gangguan tidur dan rasa sakit tak terdefinisi letaknya. Rasanya kisah dalam novel ini terlalu nyata, terlepas dari gagasan sejarah di dalamnya. Sebab sebagian besar penyintas kekerasan seksual menerima banyak penghakiman seolah dirinya sebagai penyebabnya.

Meskipun gagasan utamanya tentang sejarah kelam, penelitian otak (science-fiction) dan mitos Ikan Mas Koki, sebagai Ibu Rumah Tangga, saya turut merasakan pesan-pesan tentang relasi rumah tangga, pada bagian kehidupan Ibu dan Bapak Ombak dan bagian rumah tangga Ombak sendiri. Novel ini terasa seperti gado-gado yang memberikan banyak gagasan, tapi terasa gurih dan segar dinikmati hingga akhir.

Bagi kalian yang ingin membaca romansa ringan tapi tetap kaya akan detail-detail cerita dari sejarah, trauma psikologis, science-fiction, pelecehan seksual, dan relasi dengan pasangan, Novel Ingatan Ikan-ikan adalah pilihan yang tepat. Tidak lupa penulis juga menyuguhkan plot-twist yang mengejutkan lewat tokoh B dan Z di puncak cerita.

Judul Buku : Ingatan Ikan-ikan

Penulis : Sasti Gotama

Penerbit : Bentang Pustaka

Tahun Terbit : 2024

Tebal Halaman : 196

ISBN : 978-623-186-399-7

Peresensi : Ririn Erviana


0 Response to "Resensi Novel Ingatan Ikan-ikan Karya Sasti Gotama"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel