Perjalanan MPASI Anak Pertama: Pengalaman dan Tips untuk Ibu Baru

Sejujurnya saya sedikit bingung memulai tulisan ini darimana. Semenjak menjadi ibu dan tidak bekerja di ranah publik lagi. Saya sering merasa sesak. Kadang ide berlarian di kepala tapi tidak ada satupun yang berhasil jadi tulisan. Maka untuk merapikannya sedikit demi sedikit. Mari kita awali dengan cerita perjalanan MPASI Anak Pertama ini, tentang pengalaman dan tips untuk para ibu baru.

Masa MPASI dimana bayi pertama kali diperkenalkan dengan makanan ini, membuat saya bersemangat. Saya berpikir Mufi akan punya asupan lain selain ASI. Akan ada pengurangan waktu Direct Breast Feeding (DBF). Tapi ternyata semua tak semudah ekspektasi kita.

Pertama Kali Masak MPASI

Dengan tingkat percaya diri paling tinggi saya menyiapkan hati ayam dan telur puyuh untuk menu MPASI pertama Mufi. berbekal panci steinless yang saya beli dengan pertimbangan "Beli panci yang nantinya tidak hanya dipakai untuk MPASI." 

Padahal panci itu sangat tidak cocok dan kurang nyaman digunakan untuk memasak MPASI. Lebih tepatnya terlalu besar. Sudahlah, terlanjur dibeli juga. Jadi tetap dipakai. Karena perangkat steinless yang paling dianjurkan untuk memasak MPASI.

Tanpa gula dan garam, saya memasak menu lengkap untuk Mufi dengan protein hati ayam. Hasilnya? Mufi tidak suka. Saya berpikir apakah dia belum lapar, tidak suka teksturnya, atau rasanya tidak enak? 

Saat makan siang, saya memasak lagi dengan mengganti proteinnya. Mufi tetap menolak. Satu sampai dua suap yang sebagian besar suapannnya tidak ditelan.

Makan sore? Dengan semangat dan optimisme yang tersisa, saya memasak menu baru lagi, dengan protein Hati Ayam. Saya tambah aromatik daun salam dan mengganti karbohidratnya menjadi kentang. Hasilnya? Mufi tetap tidak mau. 

Hari itu sebenarnya saya cukup stress. Saya berkelahi dengan ekspektasi dan hasil pekerjaan saya. Tidak ada yang memuaskan. Tapi orang-orang sekitar seperti suami dan orang tua menyemangati agar sabar karena namanya anak masih belajar makan.

Cerita tentang MPASI yang Tidak Semulus Postingan Instagram

Pada psosyandu pertama setelah MPASI, kira-kira Mufi usia tujuh bulan. Berat badannya tidak mengalami kenaikan. Saya sangat kecewa. Tapi mencoba tenang dan fokus sama apa yang didepan. Saya coba beli saringan baru, karena saya berpikir selama ini saringan yang saya gunakan masih terlalu kasar.

Saringan yang baru ini lebih lembut. Berkat saringan itu Mufi menunjukkan minat makan. Meski tidak terlalu menggembirakan seperti bayi-bayi di instagram yang lahap makan itu. Padahal setiap pagi saya menyaring dengan effort sekali karena saringannya yang sangat lembut. 

Meskipun begitu, saya berusaha menenangkan diri sendiri untuk tidak overthinking. Saya mulai menurunkan ekspektasi. Yang penting Mufi masih mau makan. Saya juga sempat membelikan bubur fortifikasi. Bubur itu adalah persiapan kalau saya kelelahan memasak MPASI.

Saya lupa cerita, ternyata Masa MPASI malah lebih repot. Karena yang sebelumnya kita cuma menyusui saja. Kali ini kita memikirkan menu MPASI, memasak, dan mengevaluasi setiap ada masalah. 

Menemukan Trik MPASI

Setelah menurunkan ekspektasi dan mengevaluasi menu-menu MPASI. Pada usia sekitar delapan sampai sembilan bulan saya mulai menikmati masa MPASI ini. Saya mulai berkreasi dengan bakso ayam nasi, perkedel kentang, otak-otak jagung, otak-otak hati, otak-otak ikan, dll.

Bakso ayam nasi

Sampai sejauh ini saya terus memperkuat kesadaran saya dan suami tentang, 

"Semakin lama menunda memberikan makanan kemasan, itu semakin bagus."

Saya mulai meninggalkan bubur fortifikasi. Dari semua drama MPASI, satu hal yang saya syukuri adalah saya berhasil menaikkan tekstur makanan Mufi secara perlahan. Karena terkadang proses ini bisa lebih sulit. Saya berikan Mufi latihan oromotor sejak usia enam bulan dengan pelok mangga, pelok nanas, sayur rebus, buah, dan balungan seperti sayap dan ceker. Meskipun pemberian latihan oromotor itu tidak rutin saya lakukan.

Menu-menu finger-food seperti otak-otak atau perkedel juga jadi alternatif saat Mufi bosan disuapi dengan menu klasik. Setiap hari saya berpikir bagaimana membuat menu-menu masuk akal yang kira-kira dapat diterima oleh Mufi.

Saya juga mulai pandai memadupadankan menu agar rasanya gurih dan enak. Misalnya saat membuat perkedel kentang, saya tambahkan ubi madu supaya rasanya gurih-gurih manis.Kalau buat bakso ayam nasi, saya tambah sedikit udang agar semakin gurih.

Menjalani Lebaran dengan Tetap Menjaga Makan Anak

Lebaran 2025, Mufi berusia sebelas bulan. Kebetulan pada masa ini, Mufi sudah mulai makan nasi lembek dengan lauk seperti telur atau ikan. Saya sangat bersyukur Mufi doyan dengan lauk-lauk sederhana itu. Jadi saya semakin percaya diri pulang kampung dan bersilaturahmi ke rumah saudara, selama ada telur semua aman.

Kami juga tetap menjaga Mufi dari cemilan yang tinggi garam dan gula selama lebaran. Alhamdulillah selama kurang lebih seminggu berada di kampung dan beberapa tempat. Mufi tetap mau makan dengan menu-menu sederhana dan aman. Seperti telur, ikan, kuah soto, pisang goreng, dll. 

Sampai tetangga dan saudara juga heran. Karena Mufi makannya gampang. Dan tentu saja sesuai usianya. Bukan makanan ala orang dewasa yang tinggi garam dan gula.

Giliran kembali ke rumah Metro. Mufi menunjukkan kebosanan terhadap telur. Habis lebaran Mufi sempat susah makan. Mungkin sekitar seminggu. Saya bersyukur suami mau berperan aktif membantu dalam urusan makan anak. Ketika saya lelah dengan segala penolakan, ia membantu membujuk atau menyuapi Mufi. Satu-dua suap lumayan bisa masuk.

Mufi Sudah Satu Tahun? Bagaimana Makannya?

"Makannya susah nggak mbak?"

Itu adalah pertanyaan yang sering saya terima ketika bertemu ibu-ibu yang anaknya seumuran dengan Mufi. Saya sendiri juga sering menanyakan hal itu kepada ibu-ibu lain. Saya suka penasaran kapan mereka memberikan jajan-jajan warung kepada anak.

Ketika ditanya seperti itu, saya selalu menjawab, "Kadang enak, kadang ya susah mbak."

Karena kenyataannya memang begitu. Hari ini senang makan, besok belum tentu. Bisa karena bosan atau sedang tumbuh gigi. Dan sampai hari ini saya belum punya keberanian untuk share soal keberhasilan dalam MPASI. Saya takut tiba-tiba Mufi GTM parah dan saya jadi stress.Tulisan ini saya buat untuk berbagi cerita saja. 

Beberapa hari yang lalu, saya mendapati teman saya yang punya anak seumuran dengan Mufi bercerita di instagram story-nya kalau sang anak GTM dari awal MPASI sampai 15 bulan. Melihat story itu saya jadi tertarik untuk diskusi dan memberikan beberapa saran. 

Tapi kadang kita tidak bisa memaksakan saran kita kepada orang lain. Saya bukan orang yang punya kapasitas untuk memberikan saran tentang MPASI. Hanya pengalaman yang bisa saya berikan. Dan setiap keluarga juga punya kondisi yang berbeda-beda. Misalnya saya dan suami benar-benar berkomitmen menjaga makanan Mufi, walaupun tidak yang terlalu lebay. Tapi paling tidak sangat menghindari makanan kemasan dan makanan tinggi gula-garam.

Tips Menjalani MPASI untuk Ibu Baru

1. Mempersiapkan MPASI dengan Ilmu

Saya merasa punya beberapa kesalahan saat awal MPASI, seperti kurang betul-betul memahami tekstur yang cocok untuk masak awal MPASI, saya jadi salah beli saringan. Saya juga kurang memadupadankan menu yang enak. Padahal ada ubi, jagung, labu, udang, ikan lele, patin dan bahan-bahan lain yang jika dipadupadankan bisa punya rasa yang enak dan kemungkinana diterima bayi.

Selain itu, saya merasa sudah cukup ilmu ketika membaca postingan instagram dr.Tan sang ahli gizi itu. Dan ternyata saya tidak konsisten mempraktikkannya. Seperti pada bagian memberi stimulasi oromotor. Mungkin kalau diberikan secara rutin, hasilnya lebih baik. 

Teruntuk para ibu baru di luar sana. Coba kalian follow dan baca sampai khatam instagram dr.Tan. Karena menurut saya ilmunya benar-benar masuk akal dan bagus. Sejak awal saya tips-tips dari belau.

2. Jangan Ragu Mengevaluasi

Jangan buru-buru mengambil kesimpulan kalau anak tidak suka rasa suatu makanan. Ketika anak malas makan. Boleh jadi ia tidak suka teksturnya atau sedang tumgi. Cari resep-resep MPASI supaya mendapat inspirasi menu yang tidak membosankan.

3. Jangan Buru-buru Memberikan Makanan Kemasan

Makanan kemasan seringkali takaran gizinya tidak sesuai dengan kebutuhan anak. Proteinnya sangat sedikit. Dengan mengenalkan realfood juga melatih anak kita tidak bergantung dengan makanan kemasan yang tinggi pengawet. Lagipula, kita tidak tahu proses pembuatan makanan kemasan. Jadi lebih baik membuat makanan sendiri dan memastikan bahan-bahan yang kita gunakan benar-benar aman.

4. Lebih Baik Ulek Saring Daripada Blender

Saya merasakan keuntungan metode ulek saring ini, kita jadi mudah menaikkan tekstur makanan. Walaupun kadang lelah sekali mengulek saring itu. Kalau anak naik tekstur sesuai dengan usianya, kita juga lebih enak dan lebih santai ke depannya. Anak jadi lebih cepat terbiasa dengan makanan keluarga.

5. Mulai Bentuk Kebiasaan Makan Sehat 

Kalau kita ingin anak kita punya kebiasaan makan yang sehat. Tentu kitapun juga harus punya kebiasaan makan yang sehat. Kalau kita hobi jajan dan mengonsumsi makanan yang tidak sehat. Pasti kita jadi malas masak. Lama-lama anak kita pun akan mengikuti kebiasaan kita. Kalau anak sudah kecanduan junkfood seperti itu, sulit sekali mengembalikan agar suka lagi dengan makanan sehat.

Kesimpulan

Demikiankan cerita perjalanan MPASI Anak Pertama dari saya. Ada pengalaman dan tips yang bisa dipraktikkan untuk para ibu baru. Hingga hari ini saya juga masih terus belajar. Karena lagi-lagi saya hanyalah manusia biasa, bukan ahli, tidak tahu bagaimana ke depannya. Saya ingin berbagi cerita supaya teman-teman dapat mengambil pelajarannya. Supaya bisa melakukan yang lebih baik.

Related Posts

0 Response to "Perjalanan MPASI Anak Pertama: Pengalaman dan Tips untuk Ibu Baru"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel